PALANGKA RAYA - Pengurus dan santri Pondok Pesantren Salafiyah Iqro Jalan Adonis Samad Tepat di Jalan Kranggan, Kelurahan Tanjung Pinang, Kecamatan Pahandut, secara komitmen menolak paham garis keras memicu pemecah bangsa.Seluruhnya juga bersepakat menangkal kelompok paham radikal, anti Pancasila. Namun sangat serius mengajak meningkatkan jiwa nasionalisme dalam menjaga situasi kamtibmas tetap Kondusif.
Komitmen dan ajak bijaksana, di tengah pandemi dan menghadapi pemilihan kepala daerah itu, disampaikan langsung pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Iqro, Ustadz H Umar Hasan, di sela-sela menggelar wisuda Daurah Tahfizh angkatan 2, Minggu (29/11).
Tak hanya itu, para santri dan pengurus juga berkomitmen dalam memerangi berita bohong atau hoax. Dan siap membantu dan mendukung pihak keamanan untuk agar situasi aman dan kondusif.
“Kami menyatakan, menolak dengan tegas paham radikalisme dan anti pancasila.Karena tidak sesuai dengan ajaran Islam dan bertentangan dengan Pancasila. Kita mengajarkan akhlak al quran dan bernegara. Kita menolak paham paham radikal dan kita orang Islam itu rahmatan lil alamin. Kita ini merangkul bukan memukul,” tutur H Umar Hasan.
Dilanjutkan Umar, pondok pesantren yang sudah didirikan hampir 17 tahun silam ini, berharap kepada masyarakat, yang selalu disampaikan dalam khutbah, agar masyarakat serta para santri dan orang tua santri agar membawa al quran dalam kehidupan dan menekankan rahmatan lil alamin.
”Tekankan Rahmatan Lil Alamin. Saya juga yakinkan pesantren harus bersinergi dan membangun kerja sama dengan TNI-Polri dan pemerintahan demi menjaga situasi Kamtibmas yang kondusif, aman dan damai. Untuk mencegah paham radikalisme ini merupakan tugas bersama,” tuturnya.
Kata dia, untuk memerangi langkah paham radikalisme, hal-hal pemecah bangsa dan umar serta hoax, memang harus melibatkan potensi masyarakat.Baik dari ulama, pemerintah dan elemen masyarakat, sudah menilai paham tersebut sudah mencederai rasa kemanusian.
”Maka itu mari membentengi anak dari bahaya ajaran radikalisme. Terlebih menjelang pemilu. Saya sebagai tokoh masyarakat dan agama di kawasan ini selalu menghimbau kepada masyarakat untuk kamtibmas dan paham-paham yang menyimpang. Ingat nabi itu lembut dan selalu mengajak kebaikan,” tuturnya.
Umar Hasan menambahkan anak-anak harus diberikan pemahaman pendidikan agama yang konsen pada prinsip yang universal dan rahmatan lil alamin. Yakni, ajaran Islam yang ahlussunnah wal jamaah.
”Santri harus diberi wawasan kebangsaan dan nasionalisme. Saya pun selalu menggelorakan cinta Tanah Air sebagai bagian dari spirit ajaran Islam. Termasuk menanamkan pada diri mereka, bahwa menjaga NKRI merupakan bagian dari kewajiban santri,” pungkasnya. (daq/gus)