SAMPIT – Pasangan calon bupati dan wakil bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Halikinnor-Irawati mengukuhkan kemenangan dalam Pilkada Kotim. Berdasarkan rekapitulasi penghitungan suara di 17 kecamatan yang digelar KPU Kotim, pasangan mantan sekda dan anggota DPRD Kalteng itu meraup suara terbanyak dengan selisih sangat besar dengan tiga pesaingnya.
Sebagai pemenang pesta demokrasi, beban dan tugas pasangan tersebut sangat berat untuk melanjutkan pembangunan di Bumi Habaring Hurung yang masih dihantam pandemi Covid-19. Harapan pun dititipkan pada keduanya, terutama dari lawan dalam perang pilkada, yakni calon wakil bupati Kotim Supriadi. Dia juga secara kesatria mengakui kemenangan Harati.
”Saya ucapkan selamat kepada yang mendapatkan mandat dari masyarakat Kotim. Saya siap menjadi pengawal pelaksanaan pembangunan untuk Kabupaten Kotim ke depannya. Saya akan terus menyuarakan kepentingan untuk pembangunan masyarakat,” tegas Supriadi, Selasa (15/12).
Politikus yang berpasangan dengan Taufiq Mukri ini mengharapkan paslon tersebut membangun daerah pedalaman yang selama ini dinilai belum maksimal. Infrastruktur di pedalaman perlu perhatian lebih, karena masih banyak akses jalan yang belum tembus sampai ke desa dan tak mendapatkan pasokan listrik.
”Desa di pelosok harus diprioritaskan. Kami titipkan amanah itu untuk siapa pun yang terpilih nantinya,” kata dia.
Supriadi berharap agar kepala daerah terpilih tak melakukan diskriminasi pembangunan dan pelayanan dengan dalih suku, agama, ras, dan antargolongan. Perlakuan adil dan merata menjadi harapannya.
”Terpenting kami ingatkan, jangan lagi pemerintah menghambur-hamburkan uang untuk pembangunan yang minim manfaat. Ubah pola pembangunan ke desa-desa di pelosok,” tegasnya.
Meski demikian, Supriadi juga menyesalkan dalam pilkada tahun ini masih banyak pemilih yang tidak rasional, terutama di wilayah perkotaan. Menurutnya, kultur politik berubah arah. Warga pedalaman justru lebih rasional, karena memilih calon dengan menilai program yang diusung dan keberpihakan pada masyarakat.
”Saya menilai lebih rasional pemilih di pedalaman, karena mereka memilih cenderung melihat dari rekam jejak, program, dan keberpihakan,” katanya.
Di sisi lain, dia juga mengkritisi pelaksanaan pesta demokrasi yang belum bersih dari politik uang. ”Ada duit ada suara. Apalagi menurut survei ternyata 70 persen pemilih kita berharap ada uang untuk memilih,” katanya.
Supriadi menambahkan, pelaksanaan pilkada tahun ini didominasi permainan uang. Segala sesuatunya harus dijalankan dengan materi, termasuk suara pemilih. ”Memang tidak dimungkiri lagi, siapa yang menguasai uang akan mudah mendapat kekuasan, karena sudah terjadi pergeseran pola pilir sekelompok pemilih yang mengorientasikan suaranya kepada materi atau uang,” tuturnya.
Namun, lanjut Supriadi, untuk membuktikan adanya politik uang tidak mudah. Pasalnya, hal itu terjadi secara terstruktur dan berjenjang. ”Masyarakat kita juga sekarang ini sudah tidak melihat lagi ke depannya, tapi tidak bisa kita halangi karena masyarakat kita juga perlu uang,” ujarnya.
Supriadi menyakini warga yang memilihnya bersama Taufiq Mukri pada 9 Desember lalu merupakan pemilih rasional. Pasalnya, mereka tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk membeli suara masyarakat. ”Contohnya dari daerah Ramban. Kami tidak ada memberikan sepeser uang pun,” ujarnya.
Menang Besar
Sementara itu, berdasarkan rekapitulasi penghitungan suara oleh KPU Kotim yang tuntas kemarin, paslon Halikinnor-Irawati menang besar. Pasangan tersebut meraup 56.536 suara (33, 62 persen). Disusul Rudini-Samsudin (Kotim Bercahaya) 47.161 suara (28,05 persen), Suprianti-Arsyad (Super) 44.105 suara (26,23 persen), dan Taufiq Mukri-Supriadi (Pantas) 20.353 suara (12,10 persen). Dengan suarah sah sebanyak 168.155 dan suara rusak 8.524 dari total suara sebanyak 176.679.
Pasangan Harati tercatat menang di enam kecamatan, yakni Cempaga, Kotabesi, Cempaga Hulu, Seranau, Telaga Antang, dan Mentawa Baru Ketapang. Pasangan Super yang berada di posisi tiga perolehan suara juga menang di enam kecamatan, yakni Telawang, Tualan Hulu, Parenggean, Bukit Santuai, Antang Kalang, dan Mentaya Hulu.
Paslon Rudini-Samsudin yang berada di urutan dua hanya menang di empat kecamatan, yakni Pulau Hanaut, Teluk Sampit, Mentaya Hilir Selatan, dan Baamang. Kecamatan Baamang memberikan konrtibusi besar untuk suara pasangan tersebut, yakni dengan 10.209 suara. Pantas yang menempati peringkat terakhir hanya menang di Mentaya Hilir Utara dengan perolehan 2.147 suara. (ang/ign)
