SAMPIT – Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Jaga Sampit Muriansyah menindaklanjuti peristiwa seorang bocah laki-laki yang disambar buaya di Desa Ganepo, Kecamatan Seranau, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) pada Rabu (30/12) lalu, dengan memasang umpan untuk menjebak buaya.
”Satu set pancing buaya sudah kami pasang pada 24 Desember di tepian sungai Desa Bagendang Hulu dan kami pindahkan ke Desa Ganepo. Karena, menurut warga di Desa Bagendang, buaya sudah tidak pernah terlihat lagi di sekitar perairan desa,” kata Muriansyah, Kamis (31/12).
Setelah satu set pancing buaya diambil, dia bersama anggota Manggala Agni melanjutkan perjalanan menuju Dusun Belanti. Kemudian menggunakan kelotok menuju Desa Ganepo dan tiba sekitar pukul 10.00 WIB.
”Selama perjalanan menuju Desa Ganepo, kami melihat seekor buaya jenis muara berukuran panjang sekitar 2,5 meter sedang berjemur di tepian Sungai Mentaya, perairan Dusun Belanti, Desa Bengkoang Makmur, Kecamatan MB Ketapang,” katanya.
Di Desa Ganepo, Muriansyah disambut Kepala Desa Ganepo dan langsung menuju lokasi serangan buaya sekaligus memasang jebakan. ”Lokasi serangan buaya itu merupakan Sungai Hambawang (anak Sungai Mentaya) satu kilometer dari tepian Sungai Mentaya dan jauh dari permukiman. Di sekitarnya terdapat areal perkebunan milik warga,” katanya.
Setelah memasang umpan, Muriansyah menuju rumah korban. Dari pertemuan tersebut, keluarga korban menjelaskan, pada Rabu (30/12) ada warga yang mau mendirikan bangunan sarang walet dengan mengadakan acara selamatan yang diikuti orang dewasa dan anak-anak.
”Setelah selamatan berkumpul, anak-anak sekitar enam orang termasuk korban Aditya (11) ikut mandi beramai-ramai bercebur ke anak sungai. Kebetulan sungainya sedang surut dengan ketinggian sekitar satu meter,” ujarnya.
Menurut keterangan Gapur (30), paman korban, dia mendengar suara teriakan minta tolong. Gapur bersama temannya mencari sumber suara dan mendekati anak sungai. ”Gapur bersama kawannya langsung nyebur ke sungai dan melihat Adit sudah berada di mulut buaya, ditarik menuju tepian sungai,” ujarnya.
Perebutan korban dari mulut buaya berlangsung sekitar 15 menit. Hal itu terjadi, karena buaya tidak mau melepaskan gigitan. ”Sempat terlepas, namun di gigit lagi. Setelah berhasil merebut anak tersebut, Gapur langsung membawa korban ke desa dan diobati,” ujarnya.
Mengetahui kejadian itu, warga beramai-ramai mendatangai lokasi serangan mencari buaya dengan memasang jaring, pukat, dan lainnya. Namun, buaya tidak ditemukan.
Setelah mendengar penjelasan Gapur, Muriansyah memasang satu set pancing buaya yang berjarak sekitar 100 meter dari lokasi serangan. ”Satu set pancing sudah dipasang dan kami langsung memberikan bantuan biaya berobat. Luka hampir di sekujur kaki dan selangkangan korban,” ujarnya.
Muriansyah menambahkan, di Dusun Belanti dan Desa Ganepo merupakan lokasi keberadaan buaya. Pihaknya sebelumnya telah memasang tiga plang imbauan. Namun, saat dilakukan pemeriksaan, plang sudah rusak.
”Kami mengimbau warga agar lebih berhati-hati saat beraktivitas di tepian sungai. Hindari beraktivitas dekat sungai pada malam hari dan hindari membuang sampah ke sungai,” tandasnya. (hgn/ign)