SAMPIT – Pengguna media sosial dibuat geger dengan kematian sejumlah ikan di Sungai Kasai, Desa Barunang Miri, Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Kematian ikan tersebut diduga disebabkan adanya limbah perusahaan yang jebol.
Menindaklanjuti fenomena tersebut, Camat Parenggean Siyono, Ketua DAD Parenggean Yunarsius, Polsek Parenggean, dan pihak terkait turun ke lokasi untuk memastikan dugaan kolam jebol tersebut.
”Kami melakukan pengecekan. Memang benar ada limbah cair milik perusahaan PT SISK (Surya Inti Sawit Kahuripan) yang mengalami kebocoran. Kolam itu hanya kolam cadangan dan tidak terpakai,” kata Siyono saat dikonfirmasi Radar Sampit, Jumat (29/1).
Meski demikian, pihak kepolisian tetap memasang garis polisi di lokasi kolam cadangan yang berada dekat dengan pabrik milik PT SISK, anak perusahaan PT Makin Grup yang berlokasi di Desa Barunang Miri.
Kepala Desa Barunang Miri Karyansyah mengatakan, kolam cadangan yang mengalami kebocoran berada sekitar 150 meter dari pabrik milik PT SISK. ”Ada limbah yang aktif sekitar enam kolam. Terdapat tiga kolam cadangan di dekat pabrik untuk menampung limbah. Saat dicek ke lokasi, dua kolam cadangan ada ditemukan ikan yang hidup di situ,” kata Karyansyah.
Ditemukannya ikan yang bertahan hidup di dua kolam cadangan, lanjutnya, menunjukkan penyebab kematian ikan di sungai dugaan sementara bukan disebabkan pencemaran limbah perusahaan tersebut.
”Kami belum dapat memastikan apakah benar kematian ikan di Sungai Kasai disebabkan pencemaran limbah. Bisa saja ada oknum masyarakat yang tidak bertanggung jawab menggunakan racun yang mengakibatkan ikan mati,” ujarnya.
”Ini hanya pantauan saya saja. Di dalam kolam cadangan untuk menampung limbah ada beberapa ikan dapat bertahan hidup di situ. Persoalannya, penemuan ikan mati ini tidak hanya terjadi di sini, tetapi juga di daerah lain, sehingga kami tidak sembarang menyimpulkan penyebabnya karena pencemaran limbah,” ujarnya.
Sebagai informasi, sejumlah ikan yang ditemukan mati terdiri dari jenis ikan putihan, saluang, palau, masau, dan baung. ”Tidak banyak (ikan mati), ada sekitar 8 kg kalau ditimbang,” tuturnya.
Untuk memperkuat jawaban tersebut, Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kotim Ahmad Sarwo Oboi bersama tenaga teknis telah mengambil sampel air untuk diuji guna membuktikan apakah benar air sungai mengandung limbah dan merusak ekosistem makhluk hidup di perairan Sungai Kasai.
”Kami sudah ke lapangan mengecek lokasi dan mengambil sampel. Ada dua sampel yang diambil. Sampel air asal limbah cadangan dan sampel air sungai tempat ditemukannya ikan mati. Hasilnya memerlukan waktu antara dua minggu sampai satu bulan, karena sampel harus dikirim ke Banjarmasin,” kata Oboi. (hgn/ign)