PANGKALAN BUN - Pengumunan kelulusan SMA sederajat di Kotawaringin Barat, berlangsung tertib. Namun sayangnya sebagian pelajar tak menggubris larangan konvoi dan coret-coret seragam. Aksi itu pun tak terelakkan, meski sekolah telah mengundang orangtua siswa untuk mencegah euforia kelulusan itu.
Seperti di SMA Negeri 1 Pangkalan Bun, pihak sekolah sengaja mengundang para orangtua untuk mengambil surat keterangan kelulusan. Hal ini dinilai lebih baik daripada diberikan ke siswa secara langsung.
”Dari 217 siswa dan siswi di sekolah kami Alhamdulillah lulus semua. Hasilnya tidak mengecewakan dan kami juga telah mengundang orangtua dan wali murid saat kelulusan,” kata Kepala SMA Negeri 1 Pangkalan Bun Rusnah, Sabtu (7/5).
Menurutnya dengan mengundang orangtua ini, diharapkan dapat mencegah konvoi di jalanan serta coret-coret baju. Para orangtua juga diminta untuk membimbing anaknya , untuk menyumbang baju kepada yang membutuhkan.
”Kami sudah mengimbau jauh-jauh hari dengan melarang siswa-siswi kami untuk tidak konvoi ataupun coret-coret. Kami panggil orangtua ini supaya melarang anaknya melakukan hal negatif,” ujarnya.
Kendati demikian, jika ada konvoi dan aksi coret-coret di luar lingkungan sekolah menurutnya itu bukan tanggungan pihak nya. ”Sampai pukul 13.00 WIB tetap saya awasi anak sekolah tidak ada dengar. Lagi pula siswa-siswi kami tadi pakai baju seragam pramuka dan ada beberapa saya lihat yang sudah coret-coret pakai baju putih abu-abu,” jelasnya.
Di sekolah lain, seperti SMA Negeri 3 Pangkalan Bun, juga diimbau untuk tidak melakukan konvoi dan coret seragam. Di sekolah itu, 175 siswanya lulus semua.
”Murid kami lulus semua, tapi kita umumkan secara sama-sama,” kata Sunarsih, Kepala SMA Negeri 3 Pangkalan Bun.
Sekolah itu juga sudah menyarankan untuk baju (seragam) untuk disumbangkan pihak yang membutuhkan, terutama bagi anak pelajar yang mau mendaftar ke SMA. Hal tersebut dinilami jauh lebih bermanfaat, ketimbang harus di coret-coret dengan menggunakan pewarna. Sehingga harapanya tradisi coret-coret baju dapat dihilangkan, karena tidak ada manfaatnya.
Sementara itu, pantauan koran ini, aksi konvoi dan corat-coret masih terlihat. Para pelajar dengan bangga konvoi keliling kota Pangkalan Bun dengan baju seragam bercoret. Padahal sudah jelas pihak sekolah juga sudah melarang aksi konvoi. Selain menganggu pengguna jalan, hal ini dikhawatirkan berakibat fatal bagi para pelajar.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Kobar Aida Lailawati mengaku sudah menyampaikan imbauan agar siswa tidak melakukan aksi corat coret dan konvoi. ”Sudah saya tekankan ke kepala sekolahnya masing-masing untuk tidak mencoret seragam dan konvoi di jalanan,” katanya.
Aida mengatakan jika aksi seperti itu sulit di cegah, sebab sudah menjadi kebiasaan sejak lama. ”Pikiran mereka kalau enggak lakukan coret coret mungkin kelulusannya enggak rame, sama lah kayak kita masih sekolah dulu,” ungkapnya.
Tak ada sanksi atau apapun yang diberikan pihak sekolah atau dinas terkait pascaaksi tersebut. Kenakalan siswa dinilai sudah menjadi tradisi yang susah untuk dibuang. Sehingga setiap tahun selalu saja terjadi. (rin/oes)