SAMPIT – Banjir yang terus meluas, membuat jumlah korban yang terdampak bencana itu bertambah. Di sisi lain, di tengah keterbatasan anggaran, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terus berupaya memberikan bantuan pada warga terdampak banjir.
Selama dua hari terakhir, Wakil Bupati Kotim Irawati bersama rombongan BPBD beserta kades dan camat mengunjungi lokasi banjir. Sabtu (4/9), Irawati bersama rombongan mengunjungi Desa Tumbang Penyahuan, Kecamatan Bukit Santuai. Dilanjutkan Minggu (5/9) ke Dusun Padas, Desa Bajarau, Kecamatan Parenggean.
”Saya dan Pak Halikinnor (Bupati Kotim) meminta maaf kepada warga yang belum dapat membantu secara maksimal, karena anggaran dialihkan untuk penanganan Covid-19. Namun, Pemkab Kotim terus berupaya memberikan bantuan semaksimal mungkin pada warga terdampak," kata Irawati usai menyerahkan bantuan ke Desa Tumbang Boloi dan Bajarau.
Irawati juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu warga Kotim yang terdampak banjir. ”Kita berdoa semoga bantuan yang diberikan berkah. Semua warga Kotim sehat dan diberikan kekuatan serta kesabaran menghadapi banjir,” jelasnya.
Pantauan Radar Sampit, banjir masih merendam puluhan rumah warga dengan ketinggian berkisar 40 cm - 1,40 m. Cuaca di langit Bajarau terlihat mendung, sementara di Kota Sampit dan kecamatan sekitarnya, hujan terjadi sejak siang hingga malam. Tingginya curah hujan di Kotim membuat banjir di sejumlah desa semakin meluas dan terus bertambah.
Camat Parenggean Siyono mengatakan, banjir merendam enam desa, di antaranya Desa Bajarau, Manjalin, Barunang Miri, Kabuau, Tehang, dan distrik Kecamatan Parenggean.
”Banjir sudah terjadi selama tiga hari ini. Diprediksi air semakin meningkat. Ketinggian air sudah mencapai sepinggang orang dewasa," kata Siyono, saat mengunjungi warga yang rumahnya terendam banjir di Desa Bajarau.
Menurut laporan yang diterimanya, ada 90 kepala keluarga (KK) terdampak banjir di Desa Bajarau. Sekitar 35 rumah di antaranya terendam banjir. ”Total enam desa yang terdampak dan rumahnya terendam ada sekitar 450 KK. Kondisi banjir paling parah terjadi di Dusun Padas RT 6,” ungkapnya.
Siyono menambahkan, Sungai Tualan meluap dan telah merendam puluhan rumah warga hingga area Pasar Parenggean. ”Banjir sudah naik mendekati Pasar Parenggean. Ada sekitar 17 rumah terendam banjir. Jalan poros masih bisa dilewati dan sebagian terendam," ujarnya.
Kondisi lebih parah terjadi di Desa Manjalin. Sumur warga bahkan terendam dan warga sempat kesulitan memperoleh air bersih. ”Pagi tadi sudah 35 KK di Desa Manjalin terendam banjir. Beberapa warga sudah ada yang mengungsi ke rumah tetangga dan kerabat. Masyarakat juga sempat mengalami krisis air bersih, karena sumur terendam banjir, bersyukur ada dari perusahaan yang membantu mengirim air bersih menggunakan mobil tangki," ucapnya.
Menurutnya, kondisi banjir kali ini cukup parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Mengantisipasi bencana banjir yang diprediksi akan terus meningkat, dia telah menginstruksikan kades setempat untuk siaga dan memasang spanduk imbauan kepada masyarakat.
”Pasang spanduk larangan bermain atau berenang di tengah banjir. Pengalaman tahun lalu di Desa Bajarau, saat banjir, anak-anak berenang dan ada yang meninggal karena terbawa air. Saya tidak ingin kejadian itu terulang," tegasnya.
Dia menambahkan, banjir terus terjadi setiap tahun. Namun, tahun ini sudah tiga kali terjadi. Warga sebelumnya pernah ditawarkan pindah ke dataran lebih tinggi, namun menolak karena warga merasa nyaman di kediaman yang ada.
”Ada 30-an warga di sini sudah ditawarkan pindah. Kami akan membantu pembangunan rumahnya melalui dana desa, tetapi warga sudah tinggal turun-temurun dan sudah merasa nyaman di sini," ujarnya.
Rada (40), warga Dusun Padas, Desa Bajarau, mengaku sudah terbiasa menghadapi banjir yang setiap tahun merendam rumahnya. ”Setiap tahun banjir, ya syukuri saja. Kalau sudah keadaannya seperti ini, ya dihadapi saja," kata Rada.
Meski banjir nyaris menenggelamkan tubuhnya, wajahnya nampak riang berkumpul dengan tetangga di sekitarnya. Anak-anak bermain air dan berenang di depan rumah.
”Ada sedihnya juga. Saya punya rumah dua, di atas dengan yang di sini. Di sini saya sambil usaha buka warung, jualan makanan kecil-kecilan. Pembelinya cukup ramai. Karena banjir, terpaksa tutup," ujarnya.
Rada bersyukur masih memiliki suami yang bekerja di perusahaan perkebunan sawit yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. ”Kalau mengandalkan warung ini, tak cukup untuk kami makan sekeluarga," ujarnya.
Pengalaman berbeda dialami Rena, warga setempat. Rumahnya juga terendam banjir, namun kebanyakan warga lebih memilih membuat rumah panggung untuk tempat beristirahat. ”Pernah banjir dulu mengungsi di Posyandu, sekarang masih tinggal di rumah," ucap ibu dari empat anak ini.
Sementara itu, kedatangan Irawati bersama rombongan disambut gembira. Bahkan, warga tak ingin melewatkan kesempatan begitu saja. Ada yang mengambil video, memfoto, memeriksakan kesehatan, serta ada yang tetap semangat mendampingi setiap langkah orang nomor dua di Kotim itu.
”Hari ini ada sekitar 16 orang yang diperiksa kesehatannya. Obat-obatan juga kami sediakan untuk warga yang mengeluhkan sakit," kata Agus Mulyadi, Kasi Kedaruratan BPBD Kotim.
Untuk mengantisipasi apabila ada warga yang sakit, kantor desa dan kecamatan setempat sudah membuat posko peduli banjir untuk memantau kondisi warga secara rutin.
”Ada timnya yang memantau dari desa. Kecamatan dilibatkan memantau warga. Pascabanjir, warga perlu waspada dan jaga kesehatan agar terhindar dari penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya," ujarnya.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kotim Yephy Hartady Periwanto mengatakan, terdapat 4.942 KK yang terendam banjir di 58 desa/kelurahan yang tersebar di tujuh kecamatan, yakni Bukit Santuai, Antang Kalang, Telaga Antang, Tualan Hulu, Mentaya Hulu, Kotabesi, dan Parenggean.
Delapan sekolah dan tiga puskesmas di Puskesmas/Pustu Jariangau, Tumbang Maya dan Tumbang Penyahuan terendam banjir. ”Hari ini dikabarkan ketinggian air di Desa Rantau Sawang semakin meningkat hingga 1,5 meter. Bahkan air ada yang sudah menenggelamkan pintu rumah warga. Sekitar 100 KK terendam banjir,” ujar Yephy.
Terpisah, Camat Kotabesi Ninuk Muji Rahayu mengatakan, banjir telah merendam sekitar 313 rumah warga setempat. Ketinggian air bervariasi. Ada yang mencapai 1,5 meter lebih.
Selain rumah warga, banjir juga merendam sejumlah sekolah, pondok bersalin desa (polindes), dan tempat ibadah. Aktivitas warga juga terhambat. ”Saat saya pantau langsung ke sana, air sudah mulai naik,” kata Ninuk. (hgn/sir/ign)