Ketinggian banjir yang mengepung Kota Palangka Raya terus menurun. Beberapa lokasi yang sebelumnya sulit terjangkau karena genangan air yang dalam, kini sudah bisa dilalui. Meski demikian, warga diminta tetap waspada karena banjir susulan masih bisa mengancam.
Pantauan Radar Sampit, Jumat (24/9), beberapa lokasi sudah bisa dijangkau, seperti di Jalan Intan, meskipun belum sepenuhnya bisa dijangkau menggunakan kendaraan. Di kawasan Mendawai, debit air juga menurun. Kendati bencana perlahan berlalu, beberapa posko pengungsian masih menampung sejumlah warga.
Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin mengatakan, Pemerintah Kota akan terus berupaya menangani banjir. Tidak hanya melihat secara langsung, tetapi mendistribusikan bantuan kepada masyarakat terdampak banjir.
”Pemkot komitmen dalam melakukan penanganan. Distribusi bantuan terus dilakukan. Termasuk nanti kami akan diskusikan apakah pembangunan jalan bisa dilakukan agar tidak terendam air,” ujarnya.
Sementara itu, Camat Jekan Raya Sri Utomo mengatakan, di wilayah Jekan raya, beberapa kelurahan masih terdampak banjir. Namun, debit air sudah mulai menurun dan bantuan terus didistribusikan. Dia mengaku telah mengecek beberapa lokasi terdampak dan sudah bisa dilalui, meskipun masih ada genangan air.
Utomo menuturkan, berbagai upaya telah dilakukan pihaknya terhadap warga terdampak. Selain mendirikan posko, sejumlah warga didatangi langsung ke rumah untuk pemeriksaan kesehatan dan penanganan banjir.
Meski air sudah surut, Utomo berharap menuturkan, banjir susulan masih bisa terjadi. Pasalnya, berdasarkan prediksi BMKG, hujan akan terjadi hingga Desember mendatang. Dia meminta warga waspada dan mengutamakan keselamatan dan kesehatan.
Terpisah, Camat Pahandut Berlianto mengatakan, debit air memang sudah turun. Namun, beberapa wilayah masih tergenang air dan akses masih sulit dilalui. Dia memastikan warga terdampak terpantau dengan baik, termasuk dalam penanganan kesehatan maupun distribusi bantuan.
“Kami juga langsung ke Kelurahan Tanjung Pinang, tepat di Jalan Bakung Merang. Air di sana masih dalam, sekitar satu meter. Aksesnya masih melalui jalur air. Di sana mereka beraktivitas dengan perahu dan rakit bambu,” tandasnya. (daq/ign)