Tragedi maut lubang tambang emas tradisional terjadi di Desa Tumbang Torung, Kecamatan Bukit Santuai, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Enam penambang dilaporkan tewas tertimbun longsoran tanah. Aparat terkait masih menelusuri petaka tersebut.
Informasi sementara yang diperoleh Radar Sampit, enam penambang tersebut tewas saat bekerja di lubang tambang dengan kedalaman sekitar delapan meter, Kamis (28/10) siang. Informasi lainnya menyebutkan, sebelum tanah longsor, mereka tengah bekerja di kedalaman sekitar 3-4 meter dari permukaan tanah.
”Kronologi kejadian secara jelas belum diketahui. Informasi sementara, warga ini bekerja mendulang emas. Lokasinya jaraknya sekitar 1,5 jam dari Desa Tumbang Penyahuan. Semua korban sudah ditemukan,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim Rihel.
Sekretaris Camat Bukit Santuai Situk Rustian mengatakan, pihaknya mengetahui kejadian itu setelah keluarga korban melapor ke kecamatan. Ada sebelas penambang di lokasi. Tujuh orang berada di lubang tambang saat tanah longsor, namun hanya satu yang selamat, karena diduga berada di kedalaman tak jauh dari permukaan.
”Lima pekerja tambang lainnya selamat karena berada di permukaan untuk beristirahat dan makan,” ujarnya. Menurut Situk, lubang tambang tersebut tak terlalu besar. Saat mesin peralatan tambang dalam kondisi hidup, tanah tiba-tiba ambles. ”Korban di dalam lubang sulit menyelamatkan diri naik ke atas saat tanah ambles,” katanya.
Proses evakuasi korban berlangsung sekitar dua jam. ”Kejadiannya jam 12 siang, saya tiba jam dua siang. Karena evakuasi penggalian tanah dilakukan manual, korban terlalu lama tertimbun dan saat berhasil dievakuasi sudah meninggal dunia,” tambahnya.
Situk mengaku belum mengetahui pemilik lahan di area tersebut. Namun, dia memastikan bukan milik perusahaan. ”Lahan itu milik warga setempat yang mendulang emas di lokasi itu,” ujarnya. (ang/hgn/sir/ign)