SAMPIT–Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menyambut baik pelaksanaan simulasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang digelar di SMP Negeri 8 Sampit dalam rangka peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) 2025. Kegiatan ini dinilai sebagai investasi strategis dalam membentuk karakter generasi penerus yang tangguh menghadapi bencana.
“Kami mengapresiasi kolaborasi yang dibangun BPBD dengan satuan pendidikan. Simulasi seperti ini sangat penting, khususnya bagi siswa usia SMP yang kelak akan memegang estafet kepemimpinan,” kata Kabid Pembinaan SMP pada Dinas Pendidikan Kotim I Gede Sukadana, Kamis (24/4).
Menurutnya, pembelajaran mengenai kesiapsiagaan bencana seharusnya menjadi bagian dari proses pendidikan karakter. “Peserta didik usia 13–16 tahun ini adalah calon pemimpin masa depan. Maka mereka harus dipersiapkan tidak hanya secara akademik, tetapi juga secara mental dan sosial,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab kolektif, bukan hanya urusan Dinas Pendidikan semata. Oleh karena itu, pihaknya menyambut baik sinergi antarinstansi yang sudah terjalin dalam kegiatan ini.
Simulasi karhutla ini digelar serentak di seluruh Indonesia dan diikuti lebih dari 10.000 peserta dalam upaya memecahkan Rekor MURI 2025. Di Kotim, kegiatan dipusatkan di SMPN 8 Sampit dan turut melibatkan berbagai unsur pentahelix seperti pemerintah daerah, TNI, relawan, hingga lembaga pendidikan.
Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik Wim RK Benung yang hadir mewakili Bupati Kotim menyampaikan bahwa pelibatan pelajar dalam kegiatan ini adalah bentuk konkret dari paradigma baru penanggulangan bencana sebagai tanggung jawab bersama.
“Bencana bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Oleh sebab itu, upaya preventif melalui edukasi dan latihan seperti ini sangat penting untuk membangun kesadaran kolektif,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa simulasi ini merupakan tindak lanjut atas surat edaran Kementerian Pendidikan, yang mendorong seluruh satuan pendidikan dari tingkat dasar hingga menengah untuk aktif dalam kegiatan kebencanaan.
Wim menyatakan optimismenya bahwa pemecahan Rekor MURI dapat terwujud, berkat antusiasme dan kolaborasi berbagai pihak yang terlibat. Ia berharap, kegiatan seperti ini dapat terus dilaksanakan secara berkala sebagai bagian dari upaya pengurangan risiko bencana.
“Kami mengapresiasi kerja keras semua pihak. Mari terus tingkatkan sinergi demi membangun masyarakat yang tangguh bencana,” pungkasnya. (yn/yit)