Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Kalimantan Tengah Syamsuddin mengatakan pengembangan kawasan food estate di Kabupaten Kapuas-Pulang Pisau sudah terlaksana sebagaimana mestinya dan yang diprogramkan sedang berjalan. Sejak dimulai sekitar akhir 2020 hingga sekarang, Proyek Strategis Nasional (PSN) ini sudah memasuki panen ketiga dan akan memasuki masa tanam ke empat, katanya di Palangka Raya, Selasa.
“Petani sudah mulai melakukan persiapan dan ada yang sudah mulai menuju tahapan menanam,” jelasnya.
Terkait produktivitas, Syamsuddin memaparkan, hasil yang diperoleh petani saat ini dengan penerapan inovasi teknologi pertanian, rata-rata sudah berada di 5 ton per hektare ke atas. Petani juga sudah mulai menanam varietas hibrida dan di lapangan petani juga sudah banyak meminta benih padi hibrida.
Dalam pelaksanaan PSN ini, sejumlah kementerian dan lembaga terlibat melaksanakan pekerjaan sesuai tugas dan fungsinya. Kementerian Pertanian fokus kepada optimalisasi pemanfaatan lahan khususnya untuk budi daya padi rawa dan lainnya, sedangkan kontribusi lainnya seperti Kementerian PUPR bertanggung jawab pada rehabilitasi serta tata kelola air.
“Saat ini Kementerian PUPR terus melakukan rehabilitasi maupun penataan tata kelola air di lapangan, sehingga semua sedang berproses,” ungkapnya. Maka target pelaksanaan pengembangan food estate hingga 2024 mendatang, diperkirakan berkaitan tata kelola air baru akan selesai menyeluruh pada 2023-2024.
“Nah disitulah sebenarnya titik awal bergerak food estate secara keseluruhan. Kami optimis, lahan ini bisa ditingkatkan dan kelola dengan baik, dengan berbagai inovasi pertanian yang dimiliki Badan Litbang Pertanian,” katanya.
Lebih lanjut Kepala BPTP Kalteng ini menyampaikan, pelaksanaan pengembangan food estate hingga saat ini berjalan sesuai ketentuan dan aturan yang berlaku. Lahan yang dikembangkan pun sejak awal merupakan areal sawah yang sudah exsisting atau sebelumnya sempat ditinggalkan masyarakat dan tidak terkelola secara optimal. “Jadi kini dimanfaatkan kembali, sehingga bukan membuka hutan baru menjadi sawah,” tegasnya.
Masyarakat yang tadinya meninggalkan lahan pertaniannya, kini perlahan sudah mulai kembali dan beraktivitas lagi sebagai petani. Hal tersebut tentu sebagian manfaat yang didapat dari pelaksanaan salah satu PSN ini.
Dampak lain yang nyata dirasakan masyarakat adalah terbangunnya dan diperbaikinya infrastruktur jalan, jembatan, pelabuhan dan sarana komunikasi maupun transportasi secara masif. Kemudian menanggapi adanya isu berkaitan food estate mengganggu kelestarian lingkungan, Syamsuddin pun mengatakan, justru dengan adanya food estate lahan yang tadinya tidak terurus kini dikelola serta adanya aktivitas warga, sehingga potensi terjadinya kebakaran hutan, lahan dan asap pada areal rawan bisa ditekan secara maksimal.
Pihaknya pun mengajak berbagai pihak, untuk bersama-sama mendukung pelaksanaan dan pengembangan food estate di Kalteng, sehingga bisa semakin memberikan banyak manfaat bagi daerah maupun negara, serta tentunya masyarakat. (ant)