Badai dan gelombang tinggi menerjang pesisir terpadu Desa Kubu, Bogam, Keraya, Desa Sebuai Barat, dan ibu kota Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat. Kondisi itu disebabkan cuaca ekstrem yang dipicu Siklon Tropis Nyatoh. Gelombang pasang laut dengan ketinggian 1,8 meter tersebut menyapu sepanjang pesisir Kumai dan menumpahkan air laut ke permukiman hingga mencapai jarak 700 meter dari bibir pantai. Ganasnya cuaca memorak-porandakan sejumlah rumah warga fasilitas umum.
Perairan Laut Kumai yang sebelumnya terlihat tenang saat sore, mulai bergejolak sekitar pukul 18.30 WIB, Selasa (7/12). Gelombang tinggi disertai angin kencang seketika membuat warga panik dan berupaya menyelamatkan barang-barangnya. Sampah dan tumbangan pohon akibat angin kencang dengan kecepatan hingga 30 knot tersebut memenuhi badan jalan. Air setinggi 25 sentimeter turut menggenangi permukiman warga. Bahkan, sejumlah pondok makan di titik wisata dan Guest House ambruk di Desa Keraya.
Bukan hanya itu, akibat terjangan gelombang laut, abrasi di Desa Keraya semakin parah. Jembatan dan jalan tanahnya tergerus meninggalkan lubang besar. Kondisi yang sama terjadi di ibu kota kecamatan, Jalan Panglima Utar Kumai. Tepatnya di depan Masjid Al Baido yang dilanda banjir rob. Pasar Cempaka dan ratusan rumah warga juga ikut terdampak.
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Kobar Martogi Siallagan mengatakan, badai yang terjadi di pesisir Kumai dan ibu kota kecamatan itu akibat gelombang pasang laut setinggi 1,8 meter. Dampaknya merusak rumah penduduk serta fasilitas umum. ”Curah hujan dengan intensitas tinggi, disertai angin kencang dan gelombang tinggi, menyebabkan akses jalan utama, rumah, dan perahu nelayan setempat mengalami kerusakan,” ujarnya, Rabu (8/12).
Martologi menuturkan, setelah badai, akses jalan dipenuhi sampah dan tumbangan pohon. Delapan unit rumah rusak di Keraya. Di Desa Teluk Bogam, selain rumah, perahu juga rusak, sementara di Desa Kubu, sebuah rumah atapnya rusak terbawa angin.
Dia merinci, di Kelurahan Kumai Hulu terdapat dua RT yang terdampak banjir rob, yaitu RT 12 dan 17, Desa Kubu di RT 01, 02, 03, 04, 06, 07, 08, dan 09. Kemudian, Teluk Bogam ada lima RT, serta beberapa RT di Desa Sebuai. ”Kami mengalami kendala komunikasi dan akses jalan menuju lokasi yang dipenuhi sampah dan tumbangan pohon,” ujarnya. Kepala Stasiun Meteorologi (Stamet) Iskandar Pangkalan Bun Aqil Ikhsan mengatakan, fenomena alam yang terjadi di pesisir Pantai Kumai dan ibu kota kecamatan akibat efek Siklon Tropis Nyatoh.
Menurutnya, Siklon Tropis Nyatoh (994 hPa) terpantau di Laut Filipina dan sejak semalam bergerak menjauh dari wilayah Indonesia. Pergerakannya memberikan dampak pada ketinggian gelombang di Perairan Sangihe, Kepulauan Talaud Halmahera Utara, dan Papua.
Selain itu, pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari barat daya, barat laut, dan kecepatan angin mencapai 8 sampai 30 knot. Kecepatan angin tertinggi terpantau di perairan selatan Kalimantan.
”Desember ini cuaca terbilang ekstrem. Ditambah banyak gangguan atmosfer, la nina, dan efek tidak langsung dari Siklon Tropis Nyatoh,” pungkasnya.
Angin Kencang
Cuaca buruk disertai angin kencang juga melanda Desa Sungai Baru, Kecamatan Jelai, Selasa (7/12) malam. Hal tersebut membuat atap bangunan gedung roboh dan atap rumah sebagian warga lepas.
”Kami masih menunggu laporan dari Kades Sungai Baru,” kata Plt Camat Jelai M Aini. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukamara Agus Mulyono mengatakan, pihaknya telah menerima informasi terjangan cuaca buruk tersebut. ”Informasi sementara, ada atap bangunan yang roboh,” ujarnya.
Sebelumnya, Bupati Sukamara Windu Subagio meminta tim relawan di bawah koordinasi BPBD Sukamara selalu siap siaga. ”Saya minta selalu siaga, karena bencana bisa saja sewaktu-waktu terjadi di musim penghujan,” kata Windu. Dia juga mengingatkan, saat ini berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang. Hal tersebut perlu diwaspadai, karena wilayah Sukamara memiliki kerawanan terhadap bencana alam.
”Salah satu potensi bencana alam yang sering terjadi pada musim penghujan adalah banjir dan angin puting beliung,” ujar Windu Subagio. (tyo/fzr/sla)