Tiga dekade lebih keluarga Nur Fitriana menjalin hubungan yang intens dengan seekor predator pemangsa. Buaya itu dipelihara sejak masih kecil hingga kini berusia 32 tahun. Satwa yang sudah seperti keluarga bagi Nur Fitriana itu akhirnya ditemukan mati di kolamnya sendiri, di Desa Jemaras, Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur.
”Buaya itu sejak kecil dipelihara orang tua kami. Umurnya lebih tua dari umur saya, 32 tahun. Ketika pertama dipelihara, ukuran tubuhnya masih kecil,” ujar Nur Fitriana, Jumat (14/1). Menurut Fitri, buaya temuan orang tuanya itu dibuatkan kolam di belakang rumah, lalu dipagari. Satwa tersebut dirawat dengan telaten hingga akhirnya menjelma menjadi buaya raksasa dengan ukuran sekitar 6 meter dan beratnya lebih dari satu ton. Dia menuturkan, buaya tersebut sangat jinak.
Tak jarang menjadi tontonan warga sekitar. Mereka menganggapnya seperti kerabat mereka sendiri. Saking jinaknya, warga tak ketakutan meski duduk di atas buaya itu. ”Kalau dengan kami sudah seperti keluarga. Ketika mendengar kabar buaya peliharaan kami meninggal, saya sangat sedih,” ujarnya.
Fitri menambahkan, buaya itu ditemukan mati Rabu (12/1) malam lalu. Tubuhnya yang besar langsung dikubur keesokan harinya di belakang rumah. Pemakaman satwa tersebut harus dilakukan beberapa orang warga yang bergotong royong mengangkat tubuhnya. Dia mengungkapkan, buaya itu selama ini diberi makanan berupa ayam. Satwa tersebut sangat dekat dengan orang tuanya, terusama sang ibu. Ibunya dan buaya tersebut seolah memiliki ikatan batin. Pasalnya, sejak majikannya meninggal dunia pada 2020 lalu, perilaku buaya itu berubah total.
Hewan itu terlihat kurang bersemangat saat beraktivitas di kolamnya. ”Sehari-harinya cenderung kurang lagi berselera makan. Sejak saat itu memang sudah mulai ada berubah perilakunya, saat ibu kami berpulang,” ujar Fitri. (ang)