PALANGKA RAYA- Saat kejadian, kondisi situasi sudah lumayan sepi. Gerimis. Lalu hujan deras sampai berganti hari. Di depan rumah korban, ada berjejer barak yang diketahui milik saudara korban. Penghuni barak tidak mendengar suara teriakan maupun minta tolong. Ada mendengar suara kembang api, dan seperti suara benda jatuh. Namun, hal itu dianggap sudah biasa.
Menurut keterangan para tetangga, hampir tiap hari ada orang nongkrong. Laki-laki. Teman dari almarhum Ahmad Yendianor. Jadi hal yang lumrah jika ada suara-suara terdengar kencang dari rumah konstruksi kayu itu.
“Kalau satu minggu tiga kali, ada aja teman-temannya yang datang dan nongkrong di dalam rumah sampai larut malam,”ujar Edy, tetangga.
Penjual makanan itu mengaku saat kejadian sedang bermain handphone di dalam rumah. Pak RT memanggilnya untuk segera ke luar rumah. Pak RT menanyakan kepadanya terkait pembunuhan yang menimpa tetangganya karena telah mendapatkan laporan dari anak korban. Dirinya langsung kaget.
Usai itu, Edy bersama warga lain mendekati rumah korban. Sempat terdengar seperti jeritan minta tolong dari Ahmad Yendianor.
Dilihat dari bilik jendela, Ahmad Yendianor meringis kesakitan dan berusaha meminta tolong sambil memegangi perut. "Sambil memegangi perut dan kepala, dia minta tolong, darahnya pun belum banyak,"ungkap pria yang sudah dua tahun tinggal di barak milik saudara korban itu.
Kendati mendengar jeritan minta tolong yang ditujukan kepadanya, Edy mengaku urung untuk masuk ke dalam rumah untuk membantu korban karena bingung bercampur takut. "Bingung, nanti takut dikira macam-macam juga," ucapnya kepada awak media, Sabtu (24/9).
Keluarga Meminta Pelaku Segera Ditangkap
Sementara itu, Fajri selaku adik kandung Fatmawati, tidak menyangka kakak kandungnya telah tiada dan meninggal dengan cara mengenaskan. Menurut Fajri, kakaknya tak punya musuh. Kakaknya baik dengan siapa saja, termasuk dengan keluarga. Almarhumah periang, aktif dan paling sering menjaga bapak dan ibu yang saat ini mulai sakit-sakitan karena faktor usia.
“Kami empat bersaudara, dan saya bungsunya. Karena kakak pertama sudah almarhumah, jadi Fatmawati yang dituakan. Namun, juga telah menyusul kaka pertama, jadi hanya saya dan kakak saya yang ketiga kini tersisa,” ungkap Fajri.
Agar tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan, pihak keluarga akan menyampaikan kabar duka ini kepada bapak dan ibu secara perlahan. “Karena kondisi yang sudah tua, ditambah kondisi ibu saat ini hanya terbaring di tempat tidur, jadi kabar ini akan kami sampaikan secara pelan-pelan,” ujarnya.
Kepada pihak kepolisian, Fajri meminta agar pelaku segera ditangkap dan diberikan hukuman yang seberat-beratnya. Karena selain keluarga, tentunya ada anak-anak dari almarhumah yang merasa kehilangan, yakni Desy dan Maya. Fajri juga meminta agar tidak memposting atau menyebarluaskan foto korban. “Kepada semuanya, saya mohon agar tidak memposting foto-foto korban. Cukup kami yang kehilangan, jadi tidak usah ditambah lagi. Dan untuk pihak kepolisian saya minta pelaku dihukum seberat-beratnya,” pesan Fajri. (dan/pra/ram)
DETIK-DETIK PEMBUNUHAN
- Pelaku diduga masuk melalui pintu belakang.
- Lalu masuk ke kamar Fatmawati dan menyabetkan senjata tajam berulang kali ke bagian wajah, dan perut.
- Pelaku menuju kamar Ahmad Yendianor, penganiayaan kembali dilakukan.
- Maya, anak mereka mendengar suara gaduh dari bilik kamar ayahnya.
- Maya beranjak dari kamar tidur dan berjalan ke kamar ayahnya.
- Dari mulut pintu kamar, dia sekilas melihat orang memegang senjata tajam.
- Maya langsung berlari ke luar rumah melalui pintu belakang.
Sumber: Kepolisian dan sumber lapangan
TEMUAN LUKA-LUKA
Fatmawati
11 mata luka
- 9 mata luka di wajah dan leher
- 1 mata luka di tangan kiri
- 1 mata luka di perut
Ahmad Yendianor
13 mata luka
- 6 mata luka di wajah
- 3 mata luka lengan kanan bawah
- 2 mata luka di tangan kanan
- 1 mata luka di perut kanan
- 1 mata luka di belakang kepala
Sumber: dokter forensik RSUD dr Doris Sylvanus