SAMPIT – Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Halikinnor menekankan kepada jajaran pemerintahan, mulai dari kabupaten hingga desa, agar memastikan tidak ada masyarakat yang kelaparan karena mengalami masalah pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari akibat banjir.
”Jangan sampai ada warga yang kelaparan karena tidak ada bahan makanan, karena tidak bisa bekerja dampak dari banjir. Berdosa kita semua yang ada di sini, terutama pejabatnya," kata Halikinnor saat memberikan arahan di aula Kantor Desa Sebabi usai menyalurkan bantuan bagi warga desa setempat yang terdampak banjir, Senin (24/10).
Halikinnor meminta camat, kepala desa, dan lurah untuk terus memantau warganya dan menyampaikan laporan, tidak hanya warga yang rumahnya terdampak banjir tetapi juga warga yang tidak mampu. Hal itu agar bantuan bisa disalurkan.
"Saya minta kepala desa jangan hanya memantau warga yang rumahnya terdampak banjir, karena mungkin dengan banjir ini ada warga yang tidak bisa bekerja. Contoh, saat saya lewat di Desa Palangan, kebun karet, sawit, tenggelam. Otomatis tidak bisa bekerja. Jadi, dipantau juga warga yang betul-betul tidak mampu. Tolong dilaporkan melalui camat," katanya.
Dia menuturkan, penyaluran bantuan bagi warga harus dilaksanakan agar tidak ada masyarakat yang semakin tertekan karena kondisi saat ini. Apalagi untuk beberapa wilayah, meski banjir sudah mulai surut, tidak menutup kemungkinan banjir kembali melanda apabila curah hujan tinggi.
Selain itu, Halikinnor juga menyampaikan mengenai warga sakit yang tidak berobat akibat tidak mampu. Dia meminta apabila ada kondisi seperti itu segera dibawa berobat. Sebab, pemerintah telah menyiapkan anggaran untuk kesehatan sebesar Rp 50 miliar lebih.
”Kalau ada yang sakit, misalnya sakit menahun, kalau sakit dibawa berobat sudah tidak bisa diobati, ya sudah, terima takdir saja itu. Tapi, warga sakit tidak berobat karena tidak mampu itu salah, karena kesehatan dan pendidikan itu urusan wajib pemerintah daerah. Kami mempersiapkan anggaran Rp 50 miliar lebih hanya untuk mengobati warga Kotim. Bukan menghendaki warga sakit, paling tidak uang itu tetap dibayar. Ada atau tidak ada yang berobat, tetap saya bayar harus Rp 50 miliar lebih," katanya.
Selain itu, Halikinnor mengaku mendapatkan laporan ada warga yang tidak sekolah hanya karena tidak mampu membayar SPP. Hal tersebut akan dirapatkan khusus dengan bidang pendidikan dan kesehatan supaya jangan sampai terjadi.
”Tolong warga miskin yang sakit, termasuk akibat dari dampak banjir ini mungkin rumahnya tidak tenggelam, tapi tidak bisa bekerja sampai berbulan-bulan, otomatis beras habis, agar dilaporkan. Minimal beras kita bantu. Saya sudah siapkan dana BTT. Kalau memang ada kondisi mendesak, kami akan dropping itu," tegasnya.
Sebelumnya, Halikinnor bersama Kepala BPBD Kotim Rihel, Kepala Dinas Sosial Kotim Wiyono, Dinas Kesehatan, Camat Telaga Siagano, Kepala Desa Sebabi Dematius serta sejumlah instansi terkait dan Ketua PWI Kotim Siti Fauziah memantau kondisi banjir di Desa Sebabi. Sekaligus menyerahkan bantuan bagi 100 kepala keluarga (KK) terdampak banjir di desa itu.
Orang nomor satu di Kotim ini mengaku terkejut mendengar Desa Sebabi juga terdampak banjir tahun ini. Sebab, setahu Halikinnor, wilayah tersebut jarang dilanda banjir.
”Saya terkejut dengar Sebabi dan Biru Maju banjir. Padahal di darat. Ternyata banjir ini luar biasa. Sangat bergantung cuaca, di mana hujan lebat menyebabkan banjir. Setahu saya, daerah ini tidak ada banjir. Mungkin kiriman air dari hulu," ucapnya.
Meski banjir, kata Halikinnor, wilayah itu masih aman. Hal itu berdasarkan laporan dari kepala desa setempat dan peninjauan langsung di lokasi. ”Mudahan tidak naik lagi, karena kalau naik berarti banjir lagi," katanya.
Secara umum, kondisi di Desa Sebabi, lanjut Halikinnor, tidak terlalu berat dan tidak perlu dapur umum. Hal ini berbeda dengan kondisi di Desa Hanjalipan, Kecamatan Kotabesi yang dia kunjungi baru-baru tadi. Banjirnya cukup parah, sehingga perlu mendirikan dapur umum dan tenda pengungsian.
”Saya sudah ke Hanjalipan. Banjir di sana sangat parah. Dari September sampai sekarang tiga kali terdampak banjir," ujarnya.
Halikinnor memastikan bantuan yang diberikan sudah merata di seluruh wilayah terendam banjir. Bahkan, ada sejumlah wilayah yang sudah empat kali disalurkan bantuan.
Adapun bantuan yang disalurkan di Desa Sebabi berasal dari Dinas Sosial Kotim, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotim, dan sejumlah perusahaan besar swasta di Kotim. Berdasarkan data BPBD Kotim, banjir di sejumlah wilayah telah surut. Saat ini tersisa empat kecamatan dan 19 desa yang masih banjir.
Halikinnor meminta semua pihak turut mendoakan agar intensitas hujan tak kembali tinggi. ”Kita doakan saja intensitas hujan berkurang, sehingga kita bisa melewatkan musibah banjir ini," katanya.
Halikinnor juga memberikan klarifikasi terkait tudingan yang menyebut Bupati Kotim meninggalkan lokasi saat banjir melanda sejumlah wilayah di Kotim. Dia membantah hal tersebut.
”Katanya, saat banjir Bupati meninggalkan tempat. Tidak ada itu. Bupati itu tidak hanya Halikinnor. Tidak ada bupati, ada wakil bupati. Tidak ada wakil bupati, ada sekda, ada kepala dinas. Tetap jalan semua, sehingga tidak ada masyarakat yang terlantar atau terabaikan," tegasnya.
Sebagai kepala daerah, Halikinnor mengaku telah menginstruksikan jajarannya agar tidak hanya membantu yang terdampak banjir saja, tetapi warga yang sakit dan tidak bisa sekolah. Sebab, kesehatan dan pendidikan merupakan urusan wajib pemerintah daerah. (yn/ign)