Persoalan penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit tak hanya masalah mahalnya harga tiket. Sejumlah masalah lainnya menuai keluhan, terutama dari kalangan pengusaha, yakni jadwal penerbangan yang tak menentu dan jumlah maskapai yang terbatas. ”Ada beberapa pengusaha yang mengeluhkan layanan penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit. Jadwal penerbangan yang tidak menentu dan terbatasnya jumlah maskapai penerbangan tidak hanya memengaruhi perekonomian di Kotim, tetapi juga merugikan waktu, tenaga, dan biaya masyarakat Kotim yang ingin berurusan keluar kota,” kata Susilo, Ketua Kamar Dagang Industri (Kadin) Kotim.
Keberadaan Bandara Haji Asan Sampit, lanjutnya, semestinya dapat membantu masyarakat Kotim yang ingin bepergian keluar kota dengan cepat dan praktis. Namun, karena jadwal penerbangan yang tak menentu dan tidak semua melayani penerbangan setiap hari hingga terkadang dibatalkan, membuat masyarakat direpotkan melewati jalur darat dan memilih terbang melewati Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya.
”Banyak investor yang mengeluhkan terkait pelayanan maskapai penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit. Padahal, ada lebih dari 60 karyawan PBS yang sering pulang pergi naik pesawat,” katanya. Susilo memperkirakan penyumbang penumpang di Bandara Tjilik Riwut 50 persen berasal dari masyarakat Kotim. ”Penerbangan yang tidak menentu ini yang membuat masyarakat Kotim memilih terbang lewat Palangka Raya atau lewat Pangkalan Bun,” katanya.
Menurutnya, sarana transportasi udara, darat, dan laut menjadi faktor utama suksesnya perekonomian di Kotim. Peningkatan sarana transportasi, terutama rencana perpanjangan landasan pacu harus segera direalisasikan. ”Kotim ini bisa dikatakan segitiga emasnya Kalteng. Kotim ini kota perekonomian, pelabuhan, dan daerah perkebunan kelapa sawit terbesar se-Kalteng. Apabila itu tidak didukung dengan peningkatan infrastruktur, terutama peningkatan sarana transportasi khususnya pembenahan bandara, perekonomian di Kotim akan sulit berkembang,” ujarnya.
Pemkab Kotim sebelumnya telah merencanakan perpanjangan landasan pacu Bandara Haji Asan Sampit yang saat ini memiliki panjang 2.060 meter dengan lebar 30 meter. Rencananya akan diperpanjang 500 meter dan lebar akan disesuaikan menjadi 45 meter. Namun, hal tersebut belum bisa terealisasi karena masih menunggu kepastian anggaran dari pemerintah pusat. Terkait rencana itu, Ketua Kadin Kotim siap mendukung Pemkab Kotim mempercepat realisasi rencana perluasan landasan pacu Bandara Haji Asan Sampit. ”Kadin Kotim siap apabila dibutuhkan untuk mempresentasikan potensi Kotim ke Kemenhub agar perluasan landasan pacu bandara bisa diupayakan dibangun tahun 2023 ini,” ujarnya.
Perluasan landasan pacu dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi Bandara Haji Asan Sampit saat ini. ”Kalau landasan pacu diperluas sesuai standarnya, maskapai penerbangan dengan bobot yang lebih besar bisa masuk, layanan rute semakin bertambah, persaingan semakin banyak sehingga itu diharapkan dapat menurunkan tarif harga tiket pesawat yang ada saat ini,” ujarnya.
Susilo juga akan menjamin kestabilan penumpang agar dapat terbang melewati Bandara Haji Asan Sampit, sehingga maskapai penerbangan tak perlu khawatir kekurangan jumlah penumpang. ”Kadin Kotim akan jamin kestabilan penumpang agar seluruh pengusaha yang berinvestasi di Kotim terbang lewat Bandara Haji Asan Sampit. Saya siap mendukung kestabilan ekonomi di Kotim dengan catatan semua pihak mulai dari maskapai penerbangan dan pemerintah daerah harus saling bersinergi mewujudkan perekonomian di Kotim yang lebih baik ke depannya,” tegasnya. (hgn/ign)