Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Palangka Raya Kalimantan Tengah (Kalteng) melakukan penelusuran keracunan massal kue ipau yang menimpa warga Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Sabtu (1/4). Berdasarkan gejala yang dirasakan oleh para korban, diduga ada mikrobiologi pada makanan tersebut. “Dari kejadian keracunan ada banyak faktor, utamanya adalah higien dan sanitasi. Kalau dilihat dari gejala yg disampaikan, itu kemungkinan mikrobiologi. Mikrobiologi ini erat kaitannya dengan higien dan sanitasi dari tempat pengolahan, baik tempat pengolah makanannya, juga bahan baku ataupun bahan pengemasannya,” kata Wiwik Wiranti, Ketua Tim Kerja BBPOM Palangka Raya, saat diwawancarai di Pasar Ramadan Taman Kota Sampit, Sabtu (1/4).
BBPOM Palangka Raya merupakan bagian tim dari pemerintah kabupaten dalam melakukan penelusuran keracunan massal. Oleh karena itu pihaknya melakukan penelusuran ke tempat yang menjadi lokasi pembuatan kue tradisional tersebut. Selain itu pihaknya juga melakukan pengecekan pedagang yang menjual aneka makanan di Pasar Ramadan, Taman Kota Sampit.
Di tempat yang diduga menjadi lokasi pembuatan kue ipau, BBPOM mengambil sampel yang belum diambil oleh Dinas Kesehatan Kotim. “Dinas kesehatan mengambil produknya, sedangkan kami mengambil bahan bakunya,” ucapnya. Di lokasi, pihaknya mengambil beberapa sampel. Sebelum pengambilan sampel, pihaknya lebih dulu menanyakan kepada pedagang ataupun pembuat kue, bagaimana proses pengolahan, hingga bahan baku yang digunakan. “Dari wawancara yang dilakukan, kami mengambil beberapa bahan baku, mulai daging sapi, kentang yang sudah dipotongpotong, wortel yang sudah dipotongpotong, dan sampel air baku,” sebutnya. Sampel tersebut akan diuji di laboratorium BBPOM Palangka Raya untuk dilakukan uji mikrobiologi. Dibutuhkan waktu 1- 2 minggu untuk pemastian penetapan angka penyebab parameter yang akan diuji.
“Kalau ditemukan ada kandungan berbahaya yang menyebabkan keracunan, tindak lanjutnya kita lakukan pembinaan kepada pembuatnya dan pedagang yang lain supaya mengutamakan higien dan sanitasi,” tuturnya.
BBPOM sendiri memiliki banyak program yang berkaitan dengan hal ini untuk keamanan pangan. Di tahun 2022 pihaknya sudah melakukan Desa Pangan Aman, Pasar Pangan Aman Berbasis Komunitas, dan Pangan Jajanan Anak Usia Sekolah (PJAS) di Kotim. “Selanjutnya kita lakukan komunikasi, informasi, edukasi terkait cara pengolahan pangan yang baik, higien sanitasi, bahan pengemasan dan keamanan pangan secara umum,” tuturnya.
Menurut Wiwik, pernah beberapa kali terjadi kasus keracunan massal di Kalteng, seperti tahun 2021 kejadian keracunan massal di Kalteng menimpa satu pesantren. “Dan di Kotim, ini merupakan kasus yang pertama terjadi di tahun ini,” sebutnya. Pihaknya mengimbau para pedagang agar selalu menjaga kebersihan ruangan produksi, kebersihan persediaan diri pengolah makanan, bahan baku, hingga bahan pengemas. “Jadi tidak boleh menggunakan kertas koran sebagai alas makanan. Gunakanlah bahan pengemas yang baru untuk menjual makanan-makanan, seperti yang disajikan di Pasar Ramadan,” tandasnya.
Untuk menjaga higienitas, pedagang dilarang menggunakan bahan pengemas bekas. Juga diimbau agar tidak lupa untuk selalu mengecek kemasan, cek label, check izin edar dan cek kadaluwarsa. Khusus makanan basah, pihaknya tidak menyarankan makanan tersebut disimpan berhari-hari. “Idealnya bikin hari itu, harus habis hari itu. Tidak boleh disimpan untuk besoknya dijual kembali, karena risikonya akan terjadi seperti ini, karena tidak awet. Keracunan ini ada dugaan seperti itu,” pungkasnya. (yn/yit)