Modus penjualan tiket kapal secara online marak terjadi di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Kesempatan itu dilakukan oleh oknum demi meraup keuntungan dengan cara menipu. Sejumlah calon penumpang yang niat mudik Lebaran ke Pulau Jawa menjadi korban dan terpaksa mengurungkan niat mudik karena kehabisan tiket dan kehabisan uang karena telah tertipu.
Tati, salah satu calon penumpang yang menjadi korban penipuan jual beli tiket online melalui akun Facebook yang dibelinya dari pemilik nama akun Dani Dewangga. Penipu ini menawarkan harga tiket sebesar Rp850 ribu per orang. Namun, sampai mendekati jam keberangkatan, Kamis (20/4) lalu, pelaku tak juga menyerahkan tiket. Justru masih meminta agar korban mentransferkan kekurangan uang sebesar Rp 200 ribu.
”Pemilik akun atas nama Dani ini katanya menurunkan Yohan Pakuna yang akan mengantarkan tiket ke Pelabuhan Sampit. Saya tunggu dari pagi sampai dekat keberangkatan orang tidak juga datang-datang. Saya sudah bayar Rp1,5 juta dan kurang Rp 200 ribu, dia suruh saya transfer kekurangannya. Saya tidak mau membayarnya lunas, karena sampai siang ini kami belum pegang tiket,” ujar Tati yang terlihat raut wajah panik.
Tati dan keluarganya terus menunggu tanpa kepastian. Ibunda Tati bersikeras ingin tetap berangkat meskipun harus membayar tiket lagi. Namun, persoalannya tiket kapal tujuan Sampit-Surabaya sudah full kapasitas. Jalan satu-satunya ia bisa berangkat dengan KM Kelimutu milik PT Pelni yang dijadwalkan berangkat pukul 14.00 WIB.
”Kami sudah berupaya supaya bisa berangkat walaupun harus membayar dobel. Tapi, mau bagaimana tiket penumpang kapal DLU sudah habis. Yang masih tersedia kapal milik Pelni tujuan Semarang. Kampung halaman saya di Malang, kalau sampai di Semarang akan memakan waktu perjalanan pulang melewati jalur darat lagi, itu yang menjadi pertimbangan,” ujar perempuan yang tinggal di Desa Pelangsian ini. Tati mengatakan, sebenarnya ia hanya memberangkatkan ibu dan saudaranya. Sedangkan, ia tidak mudik, karena baru saja dari Jawa selama empat bulan lamanya.
”Saya hanya mengantarkan ibu dan saudara berangkat berdua saja. Karena, saya sudah pulang dulua, gantian lagi ibu yang pulang jenguk saudara di Malang. Kalau kami ikut semua, berat di ongkos. Saya hanya bantu mengurus pemesanan tiketnya lewat Facebook, karena penjualan tiket di loket PT DLU sudah tutup, makanya saya coba cari tahu pemesanan dan nemu penawaran penjualan tiket di Facebook,” ujar Tati. Tati sudah ragu, tetapi transaksi itu tetap saja ia lakukan karena terus ditekan sang Ibu. ”Saya sudah menyarankan agar ibu pulang setelah Lebaran saja, supaya tidak berjubel di kapal dan tidak mungkin sampai kehabisan tiket. Tapi, ibu tetap ngotot minta pulang ke Jawa, ibu ini punya penyakit tekanan, daripada malah sakit, makanya saya turuti saja kemauan ibu. Dengan perasaan ragu saya transfer uang itu ke penipu itu,” ucapnya.
Tepat pukul 12.00 WIB, Kamis (20/4) suara KM Dharma Kartika III milik PT Dharma Lautan Utama (DLU) berbunyi sebagai tanda kapal segera berlayar. Tati dan keluarganya masih duduk pasrah di depan Terminal Pelabuhan Sampit.
Raut wajah ibunya tak dapat ditutupi. Sedih dan kecewa terlihat jelas di raut wajahnya yang dibalut kerudung kuning. Ibu Tati tidak hanya tertipu jutaan rupiah, tetapi juga gagal mudik karena kehabisan membeli tiket. ”Mau bagaimana lagi. Ini musibah. Mudah-mudahan setelah Lebaran nanti bisa tetap mudik,” ucapnya dengan suara kecewa. Nasib sama juga dialami Andi yang juga menjadi korban penipuan jual beli tiket secara online. Andi membeli dengan harga Rp300 ribu per orang. Ia berangkat membawa istri dan kedua anaknya sehingga total biaya tiket menjadi Rp1,2 juta. ”Sudah bayar tiket lewat online, ternyata orangnya menipu, tunggu-tunggu lama tiket belum juga diberikan. Kami pasrah dan mencoba ikhlas, bersyukur PT Pelni masih mau membantu membuka penjualan tiket karena masih ada ketersediaan. Harga tiket tujuan Semarang jauh lebih murah dibandingkan penjualan tiket abal-abal. Saya masih bersyukur tetap bisa berangkat mudik ke Semarang,” ujarnya.
Tati dan Andi hanya beberapa calon penumpang yang menjadi korban. Masih banyak calon penumpang yang menjadi korban penipuan. Bahkan, informasinya saat verifikasi tiket, petugas PT DLU menemukan tiket kapal PT Pelni dan informasi yang tertera di dalamnya kapal milik DLU. Selain itu, ada pula ditemukan penumpang yang diberangkatkan tidak sesuai identitas di KTP-el. Meski demikian, penumpang tersebut tetap diberikan toleransi masuk kapal, karena tiketnya asli dan sudah melakukan pembayaran walaupun nama identitas yang tertera dalam tiket berbeda dengan calon penumpang yang berangkat.
Hal serupa sebelumnya juga dialami Yeni, calon penumpang PT Pelni yang dijanjikan calo berangkat dari Pelabuhan Sampit menuju Pelabuhan Tanjung Emas Semarang pada Selasa (18/4) pukul 13.00 WIB. ”Sudah dari pagi sampai siang ini saya menunggu belum dapat tiket juga. Padahal, sebentar lagi kapal sudah mau berangkat,” ucap Yeni didampingi Purwanto suaminya. Yeni sudah memesan tiket kapal PT Pelni pada keberangkatan tanggal 18 April 2023 melalui pria berinisial S. “Saya berangkat berdua saja bersama suami. Dua tiket Rp 850 ribu tapi baru saya bayar Rp450 ribu. Mau saya bayar lunas tapi saya ragu-ragu,” ujarnya.
Yeni mengaku membayar jasa calo untuk pembuatan sertifikat vaksin dosis 3 sebesar Rp270 ribu untuk identitas dua orang. ”Saya sudah vaksin dosis 1 dan 2. Kata orangnya harus vaksin dosis 3, dia bisa bantu uruskan. Saya bayar Rp 270 ribu saya dan suami, sertifikat itu dapat tapi kami berdua belum vaksin dosis 3. Karena, ingin berangkat hari ini, kalau tanggal 20 April mepet waktunya dekat Lebaran,” ujar perempuan yang ingin pulang ke Temanggung ini. Yeni menyadari kesalahannya telah memesan tiket melalui calo. Ia berpikir lebih praktis kalau meminta tolong lewat perantara orang lain. ”Saya mendampingi kerja suami merantau di perusahaan di daerah sangai. Kalau saya pesan tiket ke Sampit, jarak tempuhnya terlalu jauh dan saya ragu kehabisan tiket, makanya saya pesan lewat orang dengan harapan mendapatkan tiket. Kalaupun pesan online juga gagal terus prosesnya. Saya pusing juga, makanya nyari jalur yang praktis, tapi malah enggak tenang juga, kami belum dapat tiket. Ini ada puluhan orang dari perusahaan juga bernasib sama seperti saya,” ujarnya. (hgn/ign)