Suhu udara yang lebih panas bakal kembali dirasakan warga Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) sampai bulan depan, Mei 2023. Dalam beberapa hari terakhir, suhu udara lebih panas dibanding biasanya. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandara Haji Asan Sampit Musuhanaya mengatakan, suhu panas di wilayah Indonesia karena fenomena gerak semu matahari. Fenomena ini merupakan siklus yang biasa terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas dapat terjadi berulang pada periode yang sama, yaitu April sampai pertengahan Mei.
”Pada pertengahan Mei ini, posisi semu matahari sudah berada di belahan bumi utara (BBU), di sekitar 19 derajat LU. Kondisi ini yang mengindikasi bahwa wilayah Indonesia bagian selatan ekuator akan mengalami periode angin timuran yang identik dengan musim kemarau,” kata Musuhanaya, Kamis (27/4). Selain itu, lanjutnya, perubahan suhu udara menjadi lebih panas dapat terjadi akibat tingkat perawanan lebih rendah pada siang. Karena itu, masyarakat diimbau mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas atau kondisi terik matahari pada siang hari dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga lingkungan senantiasa bersih.
”Untuk wilayah Kotim, peningkatan suhu maksimum yang terpantau dari awal April 2023 berkisar 30,4-35,1 derajat celcius dan bisa dikatakan mencapai suhu maksimum apabila melampui hingga 36-37 derajat celcius ke atas,” katanya. Suhu udara yang lebih panas dari biasanya juga dapat berpotensi menyebabkan terjadi kebakaran. Akan tetapi, perlu kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tidak hanya terjadi karena faktor meningkatnya suhu udara. ”Untuk wilayah Kotim masih ada potensi terjadi curah hujan dari intensitas ringan hingga lebat, dengan durasi singkat dalam beberapa hari ke depan. Kami tetap mengimbau masyarakat menghindari hal yang memicu terjadi kebakaran,” ujarnya.
Menurutnya, saat cuaca mengalami perubahan menjadi lebih panas, tidak selalu rentan terjadi kebakaran. Pasalnya, ada dua faktor yang menyebabkan karhutla. Pertama, faktor penunjang, yaitu perubahan cuaca dan kedua ulah manusia yang membakar lahan dengan sengaja atau membuang puntung rokok sembarangan.
Berdasarkan Sistem Peringatan Dini Kebakaran Hutan dan Lahan (SPARTAN) pada 28 Maret-2 Mei 2023, terpantau masih aman. Sistem tersebut memprediksi tingkat potensi kemudahan terjadi kebakaran ditinjau dari parameter cuaca pada bahan bahan ringan yang mudah terbakar di lapisan atas permukaan tanah. Adapun titik panas (hotspot) di Kotim yang terpantau BMKG melalui pada 1-27 April 2023 sebanyak 50 titik. Sebaran paling banyak terjadi di Kecamatan Antang Kalang sebanyak 25 titik, Parenggean 8 titik, Mentaya Hulu 7 titik, Bukit Santuai 5 titik, Telawang 4 titik, dan Teluk Sampit 1 titik.
”Munculnya titik panas dapat terbaca oleh sistem apabila suatu areal yang memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan suhu pada umumnya di area sekitarnya. Munculnya titik panas tak lepas dari dua faktor tadi. Apakah karena adanya api, pasir, atau perubahan suhu panas. Titik panas ini hanya indikator saja. Belum tentu titik api. Untuk memastikan apakah benar terjadi kebakaran atau tidak tetap perlu dilakukan ground check di titik kemunculannya,” jelasnya. (hgn/ign)