Ibadah haji menjadi impian umat Muslim di seluruh dunia. Selain perjuangan, takdir juga menentukan untuk mewujudkan mimpi ke Tanah Suci.
HENY, Sampit
Seorang pria berumur hampir satu abad beberapa kali mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Pria uzur bernama Nasuri ini menjadi jemaah calon haji asal Kotim yang tertua. Usianya 93 tahun, asal Desa Bapinang Hilir, Kecamatan Pulau Hanaut, Kabupaten Kotawaringin Timur.
Dalam pelepasan calon jemaah haji Kotim yang digelar di Kawasan Islamic Center, Kamis (1/6) pagi, Nasuri duduk di kursi paling depan. Dia termasuk jemaah prioritas lansia yang mengalami penundaan keberangkatan pada 2020 lalu. Pandemi Covid-19 membuatnya harus mengurungkan niatnya berangkat haji.
Biaya ibadah haji yang mencapai puluhan juta, membuat Nasuri harus berjuang agar impiannya terwujud. Dia rela menjual kebunnya tiga bulan lalu. Laku terjual Rp107.500.000. Sebagian digunakan untuk Biaya Pelunasan Ibadah Haji (BPIH) sebesar Rp56.600.000.
Separuh perjalanan hidup Nasuri bergelut dengan profesi sebagai petani. Penghasilannya itu untuk menafkahi istri dan sepuluh anaknya yang masih hidup. ”Istri masih ada, kakinya lumpuh. Tidak bisa ikut berhaji sama-sama. Saya hanya berangkat sendiri. Semua saya niatkan sepenuhnya hanya untuk ibadah, tidak ada niat membeli apa-apa,” kata Nasuri yang tak kuasa menahan air matanya.
Untuk berjaga-jaga, Nasuri membawa uang saku sebesar Rp10 juta. Dia bersyukur mendapatkan tambahan bantuan uang saku dari Pemkab Kotim sebesar Rp1 juta untuk masing-masing jemaah.
”Alhamdulillah, saya bersyukur dan berterima kasih atas kebaikan Pak Bupati yang sudah memberikan saya dan jemaah lain uang saku. Semoga uang ini cukup untuk memenuhi keperluan saya selama ibadah di Tanah Suci,” ujarnya.
Kedua mata Nasuri memerah dan berkaca-kaca. Ia tidak menyangka penantian panjang agar bisa berangkat haji akhirnya terwujud. Dia termasuk dalam 188 jemaah asal Kotim yang akan diberangkatkan pada Jumat (2/6) dini hari. Rombongan menuju embarkasi Banjarmasin menggunakan carter pesawat NAM Air dari Bandara Haji Asan Sampit.
”Saya sudah mendaftar enam tahun lalu dan sebenarnya berangkat tahun 2020. Ditunda karena korona. Alhamdulillah tahun ini saya akhirnya bisa berangkat,” ujarnya.
Perjuangan mengumpulkan uang untuk berangkat haji juga dilakukan Arif. Pria berusia 73 tahun ini juga berangkat seorang diri. Arif telah mendaftarkan namanya bersama istrinya Siti Maryam (60) ke Kemenag Kotim pada tahun 2014. Namun, ternyata namanya yang lebih dulu dipanggil. Hal itu dikarenakan Arif termasuk calon jemaah haji Kotim prioritas lansia.
”Kebijakan dari pemerintah, tahun ini tidak ada penggabungan. Saya berharap bisa berangkat haji bersama istri. Ternyata, nama saya yang dipanggil duluan untuk berangkat,” kata Arif yang tinggal di Jalan Sukabumi, Sampit, ini.
Arif merupakan salah satu korban tragedi kerusuhan Sampit 18 Februari 2001 silam. Pria ini terpaksa harus mengungsi meninggalkan harta dan tanah kelahirannya.
”Rumah dan tanah habis semua. Saya tidak punya harta sama sekali. Tahun 2001 saya mengungsi, tahun 2004 balik lagi ke Sampit memulai hidup dari nol sebagai kuli bangunan,” kata pria kelahiran Sampit, 21 Desember 1944 ini.
Hingga usia senja, Arif masih bekerja menjadi kuli bangunan. Badannya nampak bugar, tak terlihat seperti orang tua seumurannya. Dari penghasilannya itu, ia mampu menghidupi istri dan sukses menyekolahkan delapan anaknya.
”Anak yang bungsu masih kuliah di IAIN Palangka Raya mengambil jurusan Ekonomi Syariah, anak saya yang lain ada yang sudah jadi guru, ada yang kerja di perusahaan di Pangkalan Bun,” katanya.
Pekerjaan menjadi kuli bangunan ditambah beban hidup yang harus ditanggung untuk menghidupi keluarga, tak mematahkan tekadnya menunaikan ibadah haji. Arif mencoba ikut arisan agar uangnya bisa ditabung dengan niatan berhaji.
”Ikut arisan dari tahun 2005. Uang itu sedikit-sedikit ditabung untuk membayar uang muka pendaftaran haji Rp20 juta. Dari upah tukang Rp20 ribu sampai sekarang Rp120 ribu per hari, sebagiannya ditabung. Alhamdulillah, istri juga ada keahlian bisa menjahit, jadi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya yang saat itu didampingi seorang anaknya.
Takdir berbeda dialami Ahmad Zailani. Pria ini menjadi jemaah calon haji termuda berusia 20 tahun. Dia menggantikan ayahnya berangkat haji bersama ibunya, Purnamasari (34). Kedua orang tuanya sudah mendaftar haji dari tahun 2010 dan dinyatakan berangkat tahun ini.
”Abah Haji Abdul Basit baru saja meninggal beberapa bulan lalu, saat dekat bulan puasa karena sakit jantungan. Saya yang akhirnya menggantikan almarhum Abah, berangkat (haji) bersama Mama,” ujar anak pertama dari tiga bersaudara ini.
Sepeninggal ayahnya, Zailani melanjutkan bisnis almarhum yang menjalankan usaha pabrik kopra, walet, kebun nyiur kelapa, dan kebun kelapa sawit di Desa Basirih Hilir, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Dari usaha itu, Zailani tergolong anak mampu.
”Saat tahu saya menggantikan Abah berangkat haji, awalnya kaget, enggak menyangka. Ini memang sudah jalan takdir Allah. Saya berangkat menemani Mama, masuk di regu empat,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Kemenag Kotim Khairil Anwar melalui Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Kotim Tiariyanto mengatakan, jumlah calon jemaah haji di Kotim dari yang tadinya dijadwalkan sebanyak 184 orang menjadi 188 orang. Hal itu dikarenakan ada tambahan 4 orang dari kuota jemaah haji cadangan.
”Kalteng mendapatkan 98 kuota tambahan. Di Kotim mendapat jatah 20 kuota tambahan. Ada 11 orang yang sudah melunasi BPIH dan siap berangkat, 7 orang menunda karena alasan ekonomi dan menunggu keluarga dan dua orang lainnya masih belum konfirmasi ke kami apakah menunda atau siap melunasi,” ujar Tiariyanto.
Tiariyanto mengatakan, jemaah kuota tambahan akan diberangkatkan masuk gelombang kedua. Belum ditetapkan tanggal keberangkatannya.
”Pelunasan BPIH masih bisa dibuka dan belum ada batas waktunya, sehingga kami masih menunggu berapa jemaah yang siap berangkat, setelah itu menentukan kloter keberangkatan dan tanggal keberangkatan. Yang dapat dipastikan, jemaah kuota tambahan masuk keberangkatan gelombang kedua,” ujarnya.
Tiariyanto dan jajaran Kemenag Kotim akan mengantar jemaah calon haji dari Bandara Haji Asan Sampit menuju Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin pada Jumat (2/6).
”Dari 188 jemaah calon haji dibagi menjadi lima rombongan dengan total 19 regu. 1 rombongan diisi 4 regu. Untuk keberangkatan dari Sampit menuju Banjarmasin diberangkatkan dua kali menggunakan carter pesawat NAM Air. Keberangkatan pertama 101 jemaah dan kedua 88 jemaah,” katanya.
Calon jemaah haji Kotim termasuk dalam keberangkatan gelombang pertama, kloter empat yang akan diberangkatkan pada Sabtu (3/6), pukul 02.40 WITA dari Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin, menuju Bandara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdulaziz Madinah.
CJH akan diberangkatkan menggunakan pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA8104 dengan menempuh perjalanan selama kurang lebih 8-10 jam. Dijadwalkan tiba di Bandara Madinah pada 3 Juni, pukul 10.00 waktu Arab Saudi.
”Untuk tahun ini Kotim tidak ada petugas haji daerah dan hanya ada satu orang tim kesehatan haji Indonesia yang mendampingi jemaah calon haji Kotim selama menjalani ibadah haji,” katanya.
Calon jemaah haji Kotim akan menjalani ibadah selama 45 hari dan akan dijadwalkan kembali ke Tanah Air pada 13 Juli 2023. Diperkirakan tiba di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin pada 14 Juli.
”Kepulangan jemaah calon haji dari embarkasi Banjarmasin masih melihat situasi. Ada kemungkinan dipulangkan pada 14 Juli 2023 hari itu juga atau dipulangkan pada 15 Juli 2023,” ujarnya.
Sebagai informasi, keberangkatan calon jemaah haji dari embarkasi Banjarmasin terdiri dari 17 kloter, di antaranya kloter 1 dan 2 berasal dari Provinsi Kalimantan Selatan, kloter 3 dari Kapuas, kloter 4 dari Kotim dan Barito Selatan, kloter 5 dari Kotawaringin Barat, Barito Timur, Lamandau.
Kloter 6 dari Kota Palangka Raya, Katingan, Kapuas, dan Sukamara. Kloter 7 dari Barito Utara, Pulang Pisau, Murung Raya, Kapuas, Seruyan, Gunung Mas, Barito Selatan, dan kloter 8-17 dari Provinsi Kalsel dan gabungan provinsi lainnya.
Untuk jumlah CJH Kalteng sebanyak 1.579 orang, ditambah 14 petugas haji daerah serta 25 petugas kloter. ”Jemaah dari Kalteng semua diberangkatkan pada gelombang pertama yang dijadwalkan dari 1-7 Juni 2023,” katanya. (***/ign)