”Berkubang di lahan gambut tak jadi masalah. Haus, lapar, dan teriknya matahari tidak kami rasakan. Tidak mengapa, karena sudah tanggung jawab kami sebagai abdi negara.” Sayid Abdul Badawi.
KOKO SULISTYO, Pangkalan Bun | radarsampit.com
Hujan deras yang mengguyur Desa Kubu, Kecamatan Kumai, dan sebagian besar wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat, disambut gembira tim yang tergabung dalam Satgas Darat Karhutla, Rabu (2/8). Sebagai bentuk syukur yang tidak terhingga, personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Barat sampai bersujud di tengah area tanah gambut yang menghitam bekas terbakar.
Kegembiraan itu diluapkan mengingat tim gabungan yang terdiri dari BPBD, KPHP, Balakar Huma Singgah Itah Mendawai, Manggala Agni, MPA, TNI, dan Polri, sudah berjibaku memadamkan api selama enam hari. Di tengah rasa lelah dan hampir putus asa menghadapi kobaran api yang tak kunjung padam, saat itulah terselip doa agar diturunkan hujan lebat untuk membantu tim mengatasi kebakaran yang terus meluas. Bahkan, hanya menyisakan jarak 50 meter mendekati permukiman warga Desa Kubu atas.
”Alhamdulillah, doa kami dikabulkan. Hanya dua permintaan ketika bermohon kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, kalau tidak dikirimkan helikopter, maka turunkan hujan. Hanya itu yang bisa memadamkan api. Alhamdulillah, atas izin-Nya, hujan turun dengan lebat,” kata personel BPBD Kobar Sayid Abdul Badawi. Dia mengungkapkan, selama masa penanganan itu, berbagai upaya telah dilakukan. Berbagai teknik pemadaman telah dijalankan. Akan tetapi, keterbatasan jumlah personel dan sarana, serta faktor alam, seperti embusan angin yang kencang, membuat usaha tim gabungan belum membuahkan hasil.
Bahkan, dalam kurun waktu enam hari, mereka hanya beristirahat beberapa jam saja setiap hari. Pasalnya, jika lokasi ditinggal, api akan berkobar kembali dan lebih besar. Akhirnya tim memutuskan tetap bersiaga, sementara yang lain pulang ke posko masing-masing dan kembali keesokan paginya. ”Tempat istirahat seadanya dan waktu sangat berharga bagi kami. Kami manfaatkan untuk sekadar sekejap memejamkan mata, mengistirahatkan badan, dan ketika sudah segar kami akan turun kembali memadamkan api,” ujarnya.
Menurutnya, karhutla yang terjadi di Desa Kubu begitu sulit dipadamkan. Api terus meluas, membakar ratusan hektare hutan di kawasan wisata pesisir terpadu tersebut. Meski hujan turun dengan lebat dan asap sudah tidak terlihat, tim tetap waspada dan tidak mau gegabah meninggalkan lokasi. Mereka tetap mengawasi, memantau, dan setiap jengkal area disisir untuk memastikan api benar-benar padam.
”Kami masih di lokasi. Kami pastikan dengan menyisir area yang semula terbakar, sementara personel yang lain ada yang berkemas. Meski pakaian menghitam dan berjibaku selama seminggu, itu adalah tugas dan tanggung jawab yang harus kami laksanakan,” katanya. (***/ign)