SAMPIT - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mendukung implementasi kurikulum merdeka di seluruh jenjang satuan pendidikan secara optimal. Salah satu elemen dari implementasi kurikulum tersebut adalah pengembangan pembelajaran yang berpihak kepada murid.
"Untuk itu perubahan paradigma baru dalam pengembangan pembelajaran harus dilakukan oleh setiap guru," kata Bupati Kotim Halikinnor saat menghadiri seminar Implementasi Kurikulum Merdeka, Selasa (8/8).
Dikatakannya, pemerintah daerah berkomitmen penuh untuk meningkatkan layanan pendidikan yang lebih berkualitas. "Pada era merdeka belajar dan merdeka mengajar ini, kami sangat mendukung implementasi kurikulum merdeka pada seluruh jenjang satuan pendidikan secara optimal," tuturnya.
Kegiatan seminar dihadiri oleh 396 tenaga pendidik dari 37 sekolah jenjang SMP. Para guru dan kepala sekolah yang hadir pada kegiatan ini diharapkan dapat menguatkan kompetensi sehingga implementasi kurikulum merdeka benar-benar dapat diwujudkan sesuai regulasi yang ditetapkan.
Halikinnor menyampaikan, pesan utama dalam pengelolaan pembelajaran adalah kembangkan berbagai inovasi yang berpihak kepada kepentingan anak, bijak berteknologi dalam pengembangan pembelajaran juga harus dilakukan.
"Dengan kurikulum merdeka, akan diberikan kebebasan kepada anak. Apa bakatnya? Apa talentanya? Sehingga nanti itu diberikan kemerdekaan, kebebasan dia memilih itu. Tapi ini tentunya juga harus diawasi, terutama orang tua. Saat ini juga zaman teknologi, jangan sampai nanti begitu anak diberikan kebebasan semua main gadget, akhirnya bakat lain tidak muncul," ujarnya.
Oleh karena itu, para guru harus terus meningkatkan penguasaan kecakapan teknologi. Hal itu sudah difasilitasi oleh Kemendikbudristek, melalui dikembangkannya platform merdeka belajar.
"Gunakan semua akses teknologi yang menunjang peningkatan kualitas," imbuhnya.
Berbagai pelatihan juga harus terus dilaksanakan, baik secara daring maupun secara luring. Terlebih saat ini pemerintah telah memfasilitasi akses pelatihan mandiri dengan dibentuknya komunitas belajar literasi numerasi atau Kombel Litnum pada setiap jenjang yang keanggotaannya dalam setiap wilayah kecamatan.
"Saya harapkan kombel-kombel yang sudah dibentuk segera melaksanakan program secara optimal khususnya untuk menguatkan kompetensi guru berkaitan dengan program literasi dan numerasi. Sebab tolak ukur keberhasilan pendidikan saat ini difokuskan kepada penguatan karakter, kecakapan berliterasi dan kecakapan bernumerasi," terangnya.
Untuk itu, Halikinnor meminta agar satuan pendidikan harus menjalin kerjasama yang sehat dan optimal terutama dengan orang tua. Kerjasama juga harus dikembangkan antara sekolah dengan berbagai mitra, baik instansi pemerintah, lembaga sosial, maupun dunia usaha dan dunia industri. Dengan demikian aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh para murid akan lebih kontekstual.
"Saya bangga beberapa satuan pendidikan baik negeri maupun swasta sudah berinovasi dalam pengembangan pembelajaran yang antara lain melalui kegiatan outing class, pembelajaran diferensiasi dan pembelajaran inklusif. Saya berharap berbagai inovasi tersebut terus dikembangkan demi kemajuan pendidikan di Kotim," tandasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kerja Dinas Pendidikan Kotim Edie Sucipto mengatakan tujuan dari kegiatan seminar itu untuk mengubah mindset guru terhadap model pembelajaran saat ini.
"Bahwa sekarang ruhnya kurikulum merdeka itu adalah pembelajaran berdiferensiasi, tidak menyamakan rata antara satu siswa dengan siswa lainnya.
Jadi harus memberikan pendampingan penuh terhadap siswa 1, siswa 2, dan siswa lainnya. Itu pentingnya jadi mindsetnya diubah, kalau mindset guru itu berubah memahami ilmu secara kurikulum merdeka, program kurikulum merdeka bisa sukses," tandasnya.
Saat ini di Kotim, satuan pendidikan yang sudah menerapkan kurikulum merdeka sebanyak 369 sekolah, mulai dari jenjang SD hingga SMP. (yn/yit)