Bencana kekeringan akibat musim kemarau ”menghantui” warga Kabupaten Kotawaringin Timur. Menipisnya sumber air, membuat warga yang jadi langganan kekeringan, terutama di wilayah hulu, bakal kesulitan air bersih. Kondisi itu mulai dirasakan warga yang tinggal jauh dari anak sungai di Kecamatan Cempaga. Mereka harus turun ke Sungai Cempaga untuk melakukan aktivitas, seperti mandi, cuci, dan kakus.
”Sumur kami mulai surut. Kalaupun ada airnya, hanya sisa untuk cuci piring dan sifatnya untuk kegiatan yang memerlukan tidak banyak air,” kata Radit, salah satu warga. Menurutnya, kemarau kali ini sangat cepat membuat sumber air bersih mengering. Kondisi itu mirip dengan kemarau tahun 2018 silam yang sempat membuat kering semua persediaan air. ”Meskipun ada air pasang, tapi sumur kami tidak bisa terisi. Kalau kemarau sampai dua minggu lagi seperti ini, maka air di sumur kami akan kering total,” katanya.
Dia melanjutkan, warga mulai turun ke Sungai Cempaga sejak subuh. Sebagian besar anak-anak yang akan berangkat sekolah. Di sisi lain, debit air Sungai Cempaga semakin menurun, sehingga banyak anak sungai yang menjadi jalur untuk mengisi sumur warga tidak bisa teraliri dengan baik. Warga memilih mengangkut air dengan tendon untuk mencukupi kebutuhan air bersih di rumahnya. Terpisah Ketua RT 1 Desa Luwuk Bunter Riak mengatakan, sejauh ini warganya mulai turun ke Sungai Cempaga untuk mendapatkan air guna keperluan sehari-hari. Hal itu karena kondisi airnya masih layak digunakan untuk keperluan mandi lainnya. ”Semoga kondisi ini tidak lama dan segera turun hujan dalam waktu dekat, karena kalau 1-2 minggu panasnya seperti ini, saya khawatir sumur galian warga akan kering semua,” katanya. (ang/ign)