Kota Sampit menjadi wilayah paling panas pada kemarau tahun ini. Pasalnya, amukan kebakaran hutan dan lahan terpusat di dua kecamatan wilayah kota, Mentawa Baru Ketapang dan Baamang. Di sisi lain, hujan yang sempat turun kemarin (23/8) siang, membesarkan harapan tragedi asap tak lagi terulang. Berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi Penanganan Bencana BPBD Kotim, sejak status siaga karhutla ditetapkan hingga 22 Agustus 2023, luas lahan terbakar tersebar di wilayah tengah dan selatan.
Lahan terbakar di wilayah tengah seluas 163,559 hektare atau sekitar 49,67 persen. Wilayah tengah meliputi Parenggean seluas 14,49 hektare, Kotabesi 62,125 hektare, Cempaga Hulu 6 hektare, Cempaga 10 hektare, dan Baamang 63,264 hektare. Wilayah selatan, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang 94,93 hektare lahan terbakar, Mentaya Hilir Selatan 57,5 hektare, dan Teluk Sampit 6 hektare. Sekretaris BPBD Kotim Arief mengatakan, berdasarkan pemantauan titik panas, di Baamang terdapat 64 titik panas dengan 30 kejadian, sementara Mentawa Baru Ketapang 56 titik dengan 48 kejadian. ”Lahan terbakar terluas di Mentawa Baru Ketapang. Di wilayah tersebut ada 48 kejadian dan yang ditangani 44 kejadian,” ujarnya.
Dia melanjutkan, titik panas terbanyak terpantau di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, yakni 432 titik, disusul Teluk Sampit dengan 116 titik, dan Kotabesi 113 titik. Untuk kualitas udara masih kategori sedang, artinya masih bisa diterima pada kesehatan manusia, tumbuhan, dan hewan. ”Untuk penanganan karhutla, dari sisi peralatan teknis, BPBD Kotim menurunkan 12 armada yang terdiri dari mobil tangki suplai sebanyak 7 unit dan mobil operasional 5 unit,” katanya. Sementara itu, kemarin siang hujan ringan sempat mengguyur sebagian wilayah Sampit. Meski intensitasnya sangat rendah, sejumlah warga berharap hal tersebut jadi pertanda kemarau tak berlangsung lama. Dengan demikian, bisa terhindar dari bencana kabus asap.
”Alhamdullilah, hujan sudah turun meski sedikit. Semoga saja kemaraunya tak berlangsung lama, supaya kebakaran hutan dan lahan tak semakin meluas,” kata Irna, warga Baamang. Prakirawan Cuaca BMKG Kotim Mitra Hutauruk sebelumnya mengatakan, puncak kemarau diprediksi akan berakhir pada dasarian III Agustus. Puncak dimaksud bukan menyatakan musim kemarau telah berakhir. ”Puncak bukan berarti akhir. Itu hanya menunjukkan bahwa pada bulan itu tingkat curah hujannya lebih atau paling rendah di musim kemarau ini. Akhir musim kemarau akan kami prediksi lebih lanjut dan akan kami informasikan,” katanya, baru-baru ini. (ang/hgn/ign)