Amukan kebakaran hutan dan lahan membuat upaya pemadaman tak hanya dilakukan dari darat. Operasi udara digelar menggunakan helikopter pembom air. Masalahnya, jalur udara di Kotim, terutama wilayah Sampit, tak sepenuhnya aman, karena sebagian warga yang bermain layang-layang.
HENY, Sampit | radarsampit.com
Deru mesin helikopter belakangan ini kerap menghiasi langit-langit Sampit. Bolak-balik dari satu titik ke titik lainnya, menumpahkan jutaan liter air ke kawasan yang tengah diamuk karhutla. Siapa sangka, di tengah tugas beratnya itu, sang pilot merasa tak nyaman saat beberapa kali terbang di Sampit. Musababnya, layang-layang yang membumbung tinggi di angkasa saat dimainkan warga, bisa mengganggu operasi penting tersebut. Kepala Seksi Teknik Operasi Keamanan dan Pelayanan Darurat Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Haji Asan Sampit Deram menuturkan, pihaknya menerima langsung keluhan pilot helikopter pengebom tersebut. Menurutnya, banyak warga yang bermain layang-layang di sekitar maupun luar kawasan bandara.
Keluhan tersebut langsung direspons Bandara Haji Asan Sampit. Selasa (22/8) lalu, pihak bandara mengundang Ketua RT, Lurah Baamang Hulu, Kapolsek Baamang, keamanan bandara, termasuk Airnav, untuk membahas larangan bermain layang-layang di sekitar Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) Bandara Haji Asan Sampit. ”Mereka (warga) yang bermain layang-layang terkadang jaraknya lebih jauh dari bandara, tetapi dikhawatirkan benang layang-layang putus dibawa angin, mengarah ke area sekitar bandara. Untuk itu, kami menyepakati bersama, warga dilarang bermain layang-layang di kawasan sekitar bandara minimal delapan km dan di sekitar KKOP Bandara Haji Asan Sampit minimal 15 km,” ujar Deram, Minggu (27/8).
Deram tak ingin insiden yang terjadi di Kalimantan Barat terjadi di Kotim. ”Benang nilon layang-layang bisa saja membahayakan pesawat. Contohnya, helikopter water bombing di Kalbar yang mengalami kerusakan karena kemasukan benang layang-layang. Demi keselamatan dan kenyamanan bersama, kami harapkan warga memahami dan mematuhi imbauan ini. Jangan sampai karena seutas benang terbawa angin, terselip masuk ke mesin, merusak pesawat yang dapat berdampak terhadap pelayanan,” katanya.
Sebelumnya, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim, Arief, mengatakan, helikopter pengebom air milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sangat diperlukan untuk memadamkan kebakaran yang lokasinya sulit, bahkan tidak bisa dijangkau tim darat. BPBD berupaya memaksimalkan keberadaan helikopter tersebut untuk memadamkan kebakaran lahan. Untuk itu, masyarakat diminta mendukung upaya yang dilakukan dengan cara tidak melakukan kegiatan yang dapat mengganggu aktivitas helikopter pengebom air.
”Begitu juga ketika helikopter hendak melakukan pengeboman air, tolong warga jangan berkerumun di sekitar lokasi karena bisa berbahaya. Sebelumnya, pernah pengeboman air di jalan Lingkar Utara dibatalkan karena pilot melihat banyak warga berkerumun di sekitar lokasi. Mohon ini bisa dipahami oleh masyarakat,” kata Arief, beberapa waktu lalu. (***/ant/ign)