SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Selasa, 05 September 2023 12:34
Sudah Mati-matian Menjaga dan Merawat Lahan, Warga Tegaskan Lawan Perampasan
Konflik Lahan di Desa Luwuk Bunter Terus Memanas
PERTAHANKAN LAHAN: Aksi warga yang protes terhadap penggarapan di atas lahan miliknya. (ISTIMEWA/RADAR SAMPIT)

Sejumlah warga Desa Luwuk Bunter, Kecamatan Cempaga, berjuang mempertahankan lahannya dari perampasan. Perlawanan sengit bakal terus diberikan sampai titik penghabisan.

RADO, Sampit | radarsampit.com

Ekspansi raksasa besi (alat berat) yang disebut-sebut dari perusahaan perkebunan PT Borneo Sawit Perdana di kawasan irigasi Danau Lentang, Desa Luwuk Bunter Kecamatan Cempaga, memantik reaksi sejumlah warga. Mereka melakukan aksi protes di atas lahan miliknya. Membentangkan spanduk di atas lahan yang tergarap, Sabtu (2/9) lalu, warga menyebut protes tersebut sebagai bentuk perlawanan terhadap penggusuran kebun mereka yang sudah dikuasai puluhan tahun. Tanaman warga habis dalam sehari dilibas alat berat. Selain itu, di atas lahan tersebut dibuat saluran baru  yang membelah saluran irigasi sekunder yang sebelumnya dibangun Pemprov Kalteng. Spanduk yang dipasang sengaja diikat di antara pohon kelapa sawit yang  bertumbangan. Beragam sebagai ekspresi amarah warga disampaikan melalui tulisan, misalnya ”Jangan Rampas Tanah Ini” dan ”Tanah Ini Harga Mati”. Warga juga menyebut adanya peran mafia tanah.

Informasinya, tanah warga tersebut baru saja digarap sekitar akhir pekan lalu. Lahan tersebut awalnya ditanami kelapa sawit tahun 2015 silam. Setelah terbakar, diganti tanaman karet. Terbakar lagi pada karhutla tahun 2019. Jaraknya hanya sekitar 100 meter dari saluran utama irigasi tersebut. ”Kami protes lahan kami dibuat seperti ini, sementara kami tidak pernah menjual atau menerima ganti rugi,” kata Sarino, warga setempat. Lahan kebunnya dengan luasan satu hektare selama ini dirawat dan dikelola secara rutin. Namun, setiap kemarau yang disertai karhutla, sebagian tanam tumbuh di atasnya ikut terbakar. Dia mengaku tak pernah menerima pemberitahuan adanya rencana penggarapan atau lahan tersebut dijadikan kebun koperasi. ”Kami dapat laporan warga lainnya kalau lahan kami digarap juga. Kami tidak menyangka lahan kami jelas di dalam saluran irigasi pemerintah bisa digarap dan digusur seperti ini,” ujarnya.

Persoalan perampasan lahan warga di dalam jalur irigasi di Desa Luwuk Bunter tersebut mencuat dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini seiring dengan ekspansi perusahaan perkebunan di wilayah itu. Padahal, sebelumnya masyarakat bisa mengelola dan memelihara kebun mereka dengan aman dan tenang. Areal irigasi itu sebagian menjadi tempat sandaran hidup warga untuk bertahan. Mayoritas dijadikan kebun karet yang usia tanamnya rata-rata sudah di atas 10 tahun.  Bahkan, sebagian kelapa sawit sudah menjulang tinggi hingga tiga meter di atas tanah.

”Setelah ada perusahaan ini saja ribut-ribut soal tanah di sini. Jauh sebelumnya tidak ada. Bahkan, kebakaran tahun 2015 dan 2019, kami masyarakat saja yang berjuang  mati-matian melawan api saat itu. Kami harus urunan membeli selang, mesin air, dan berminggu-minggu hidup di dalam hutan, tapi kenapa baru sekarang muncul perusahaan dengan alat berat mereka?” keluh warga lainnya.

Aster Yansen, warga lainnya mengatakan, aktivitas penggarapan lahan warga tersebut sudah terjadi sejak awal 2023. Dalam waktu dekat ini masyarakat akan melakukan aksi, termasuk melapor kepada Bupati Kotim Halikinnor, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran, dan Dinas PUPR Kalteng yang telah memprogramkan irigasi pertanian masyarakat di wilayah itu sejak tahun 2012 silam. Sementara itu, seorang ibu rumah tangga nyaris saja menghantam operator alat berat di lokasi yang tengah menggusur tanaman mereka. Ibu tersebut nekat menaiki alat berat  dan menyatakan mereka tidak akan diam dengan aksi semena-mena menghilangkan sumber penghidupan warga selama ini. ”Sekarang terus memanas. Warga mulai memperlihatkan kemarahannya dengan aksi perampasan tanah ini,” kata Aster.

Sebelumnya, Manajemen PT BSP Eni Ekowati ketika dikonfirmasi Radar Sampit membantah pihaknya merusak saluran irigasi. Eni Ekowati mengatakan, penggarapan itu bukan dilakukan mereka, tetapi oleh koperasi yang menjadi mitra PT BSP. ”Itu lokasi lahan koperasi plasma PT BSP dan tidak ada penggarapan atau penggusuran saluran irigasi di areal tersebut,” tegas Eni, manajemen PT BSP, Senin (19/6/2023).

Eni menuturkan, pihaknya tidak menggarap sampai lahan di dalam irigasi masyarakat Desa Luwuk Bunter yang sudah menjadi areal kebun karet dan kelapa sawit tersebut. ”Penjelasan dari pihak koperasi plasma, alat berat betul menggarap lahan untuk plasma, namun tidak sampai merusak saluran irigasi. Kebenarannya biar dilihat sama-sama tim pemkab yang meninjau lapangan,” katanya. (***/ign)

loading...

BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers