Kabut asap yang menyelimuti Kota Sampit Senin pagi (2/10/2023) sejauh ini mencapai level tertinggi. Nyaris tak ada ruang bagi manusia yang hidup di dalamnya bisa lolos menghirup ”racun” akibat meluasnya amukan api. Pesan darurat rakyat menyeruak. Respons emosi terampasnya hak paling asasi.
Laporan: Heny | radarsampit.com
Akun media sosial sebagian besar warga Sampit kemarin pagi dipenuhi kabar soal asap. Pekatnya hasil produksi kebakaran hutan dan lahan itu jadi trending topik nomor satu. Warga menumpahkan keluhan hingga emosinya melalui ruang digital. Sebagian besar merasa tersiksa dengan kian parahnya asap. Ada pula yang mempertanyakan kinerja pemerintah menangani bencana yang seolah selalu gagal ketika kemarau melanda. Padahal, alarm bahaya bencana karhutla sudah disampaikan jauh hari melalui prediksi cuaca. ”Dalam rumah pun asapnya tetap terasa menyengat dan bikin sesak. Bagaimana ceritanya bisa sampai separah ini,” tutur Lina, warga Kecamatan Baamang, Sampit, melalui akun WhatsApp-nya.
Sejumlah warga lainnya memberi kabar tingkat kepekatan asap melalui pembaruan status aplikasi pesan. Sebagian lainnya menulis di Facebook maupun Instagram disertai foto dan video pekatnya asap dengan jarak pandang hanya sekitar lima meter. Deni, warga Baamang lainnya, mengaku tak berkutik dengan sergapan asap. Ruangan yang dilengkapi pendingin pun tak luput dari bau sangit sisa bakaran karhutla. ”Benar-benar keterlaluan asapnya kali ini. Ruangan ber-AC saja masih tercium baunya,” katanya seraya mengaku agak pusing setelah terpapar asap cukup lama. Berbagai aspirasi pun mengalir melalui media sosial. Terutama mengenai proses belajar-mengajar, agar diliburkan sementara karena situasi asap yang berbahaya.
Tak berselang lama, pesan berantai dari Dinas Pendidikan Kotim langsung menyebar terkait kebijakan libur akibat asap. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Timur (Kotim) merespons situasi tersebut dengan memperpanjang status tanggap darurat kebakaran hutan dan lahan selama 14 hari. Terhitung sejak 3-16 Oktober 2023.
Perpanjangan status tersebut disepakati dalam rapat evaluasi status tanggap darurat di Kantor BPBD Kotim, Senin (2/10), yang dihadiri sejumlah instansi terkait. Selama kurang lebih dua jam, Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Kotim Rihel memimpin jalannya rapat, didampingi Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam. Multazam mengungkapkan, selama tiga hari berturut-turut, tim pemadam berjuang ekstra keras menangani kebakaran lahan yang terjadi di Gang Tambulihan. Hal itu disebabkan ada tanaman kalalawit yang merambat, sehingga ketika proses pemadaman dilakukan, air tidak langsung meresap sampai permukaan tanah. Api sulit dipadamkan sampai ke akar gambut.
”Api aktif kembali muncul, apalagi ditambah bantuan pergerakan angin, dapat mengakibatkan kebakaran lahan yang terjadi semakin meluas. Penanganan tidak hanya dari tim darat, tetapi juga dibantu tim udara menggunakan helikopter water bombing,” kata Multazam. Multazam mengungkapkan, selama diaktifkannya status siaga yang kemudian ditingkatkan menjadi tanggap darurat, terdapat 279 titik lokasi kebakaran. Sebanyak 225 titik lokasi di antaranya ditangani tim gabungan pemadam karhutla.
Lahan yang terbakar paling banyak terjadi di wilayah selatan seluas 448.322 hektare atau 66,95 persen dan wilayah tengah 221.337 hektare atau 33 persen. Totalnya mencapai 669.659 hektare. Terkait parahnya asap kemarin, Indeks Pencemaran Udara (ISPU) mencatat angka 1.136 PM 2,5 atau berada dalam kategori berbahaya dihirup manusia. Titik panas yang terpantau sebanyak 656 titik, terbanyak ketiga di Kalteng. ”Munculnya kabut asap ini terjadi di banyak titik dengan tingkat keparahan dan luasan lahan yang terbakar bervariasi. Itu terjadi intens setiap hari sejak Jumat minggu lalu. Kasus kebakaran lahan yang terjadi mengakibatkan tidak semua mampu dipadamkan, karena harus dikerjakan mendahulukan tingkat bahayanya. Paling prioritas kami tangani apabila api sudah mendekati bangunan permukiman warga. Kami tidak bisa mengurangi asap. Yang dapat kami lakukan memberi batas aman dengan melakukan block agar api tidak semakin meluas,” katanya.
Menurut Multazam, tujuh armada mobil tangki yang dimiliki BPBD Kotim belum cukup menangani begitu banyaknya kebakaran lahan yang terjadi di beberapa lokasi. ”Dua armada sedang diperbaiki dan hanya lima unit yang operasional. Solusinya hanya optimalisasi personel, kelincahan petugas, memblokir api aktif, dan terpenting memastikan ketahanan tubuh dan kesehatan personel,” tegasnya. Dari pertemuan rapat evaluasi, beberapa pihak memberikan masukan agar perlunya penambahan personel. ”Personel satgas pemadam kebakaran ada 28 orang. BPBD standarnya 48 orang. Total operasional tiap hari itu 70 orang, sudah termasuk pertugas administrasi, pencatat kejadian, pembagian logistik yang juga masuk dalam satgas. Dengan perpanjangan status tanggap darurat, personel pasti akan ditambah menyesuaikan dengan keuangan,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan, selama status tanggap darurat diberlakukan sejak 12 September – 2 Oktober, Pemkab Kotim telah menggunakan dana belanja tidak terduga (BTT) yang ditetapkan sebesar Rp 260 juta. Adapun pada status siaga darurat karhutla diberlakukan sebelumnya, operasional menggunakan dana bagi hasil dana reboisasi (DBH-DR).
”BTT sudah digunakan selama 14 hari status tanggap darurat diberlakukan, anggarannya ditetapkan Rp260 juta. Tetapi, berapa anggaran yang sudah terpakai dalam penanganan belum dihitung,” katanya. Sementara itu, Rihel mengatakan, status tanggap darurat akan dievaluasi lagi nantinya. Apabila tidak terjadi hujan sampai masa perpanjangan berakhir pada 16 Oktober dan kebakaran lahan masih marak, kemungkinan akan diperpanjang lagi.
”Karena kabut asap tebal pagi ini, Dinas Pendidikan sudah mengeluarkan surat edaran, sekolah ada yang diliburkan dan belajar di rumah. Ada juga yang diperlambat masuk sekolahnya. Apalagi laporan dari Dinkes Kotim, kasus ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) mencapai 800 kasus pada September, sehingga menyikapi kabut asap yang terjadi, Dinkes langsung membagikan 2.000 masker ke tiga titik di Kota Sampit,” kata Rihel. Rihel juga meminta tim pemadam yang bertugas melakukan ground check. Apabila masih muncul asap pada lahan yang terbakar, agar segera dilakukan pendinginan.
”Untuk pendinginan perkiraannya panjang satu meter, lebar satu meter, kedalaman satu meter, memerlukan 400 liter air. Tinggal dikalikan saja kebutuhan suplai air dengan luasan lahan yang terbakar,” katanya. Rihel juga menanggapi permintaan penambahan personel. Hal itu menyesuaikan peralatan. Kalau peralatan tidak banyak, otomatis personel tidak berfungsi dengan baik. Karena itu, personel akan ditambah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan.
Begitu pula dengan bantuan suplai air menggunakan profil tank dari SOPD Kotim juga masih berjalan. ”Tadi ada yang menyampaikan kendala BBM untuk operasional. Kalau menyerahkan unitnya stanby ke BPBD, saya yakin tidak ada SOPD yang kesulitan minyak. Kalau membiayai SOPD lain, tapi unitnya tidak di tempat, sulit juga,” katanya. Selain berbagai upaya tersebut, Pemkab Kotim juga rencananya hari ini menggelar salat Istisqa, berharap pada Sang Pencipta untuk mengakhiri bencana dengan turunnya hujan. Pemkab Kotim mengundang masyarakat agar hadir, ikut berdoa bersama di lapangan Kantor Bupati Kotim yang dijadwalkan pukul 07.30 WIB. (hgn/ign)