Dua warga asal Jakarta terlantar di Pelabuhan Sampit. Mereka bisa sampai di Kabupaten Kotawaringin Timur, setelah dijanjikan seseorang dengan pekerjaan berupah besar. Dinas Sosial Kabupaten Kotawaringin Timur akhirnya memulangkan keduanya menggunakan kapal laut melalui Semarang, Jawa Tengah. Kepala Dinsos Kotim Wiyono mengatakan, dua warga itu bernama Henny (44) dan Bambang Setiawan (34). Mereka berasal dari Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Awalnya keduanya tertarik pada informasi pekerjaan di Facebook.
Mereka lalu berkomunikasi dengan seseorang dan dijanjikan pekerjaan sesuai upah minimum kabupaten (UMK) di sebuah perusahaan di Kotim. Orang yang mengaku makelar itu mencari target sebanyak sepuluh orang dari Jakarta dan Semarang. Mereka lalu diberangkatkan menggunakan kapal menuju Pelabuhan Sampit, tiba Jumat (29/9/2023) lalu. Dari sepuluh orang pencari kerja tersebut, delapan orang dibawa menuju perusahaan. Hanya Henny dan Bambang yang ditinggal dan ditelantarkan. Keduanya ditolong pedagang martabak di sekitar Pelabuhan Sampit.
Pedagang itu menyarankan agar melaporkan persoalan tersebut ke Kantor Polres Kotim. Keduanya lalu menuju Polres Kotim membuat surat laporan orang terlantar. ”Anggota Polres Kotim mengantar keduanya Senin lalu. Tiga hari dua malam dua orang ini menginap di rumah singgah Kantor Dinsos Kotim. Kami berikan makan-minum. Ada yang alergi kami obati dan kami juga memberikan pakaian layak pakai dari orang yang membantu,” kata Wiyono, Rabu (4/10/2023).
Wiyono mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya dengan informasi lowongan kerja (loker) di Facebook ataupun media sosial lainnya. ”Kalau benar niat ingin mencari pekerjaan, lebih baik cari di tempat yang aman. Datangi Kantor Disnakertrans, karena informasi yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan,” katanya. Plt Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Agustiawany mengungkapkan, delapan orang lainnya yang diajak makelar yang sama, nasibnya juga tidak jelas. Setibanya di perusahaan, pekerjaan dan gaji yang diberikan tidak sesuai harapan dan kesepakatan awal.
”Dari informasi yang kami terima, delapan orang ini kocar-kacir. Ada yang bertahan, ada yang memutuskan pergi mencari bantuan numpang truk, dan ada juga yang berjalan kaki. Mereka kecewa gajinya tidak sesuai kesepakatan dan jadi tukang panen buah. Dibayar harian Rp1,2 juta. Itu pun dipotong biaya transportasi dan uang makan. Bersihnya yang mereka terima Rp800 ribu. Makanya ada dari mereka yang stres dan memilih pergi,” ujar Agustiawany. Selama tiga hari dua malam, akhirnya dua orang terlantar itu dipulangkan menggunakan KM Kelimutu PT Pelni Sampit tujuan ke Semarang tadi malam. ”Sebenarnya ada dua orang lagi yang bernasib sama. Karena mereka masih mau bekerja di Sampit, kami bantu carikan pekerjaan dan dua orang lainnya masih bertahan karena sudah mendapatkan pekerjaan di Sampit,” katanya. (hgn/ign)