Sejumlah warga Desa Luwuk Bunter enggan melepaskan lahan mereka kepada perusahaan perkebunan PT Borneo Sawit Perdana. Warga memilih berhadapan langsung dengan kelompok yang mengaku-ngaku sebagai pemilik lahan tersebut. ”Kami tidak akan melepas lahan itu. Kami akan pertahankan kalau memang kondisinya begitu. Lebih baik kami mengelola dan mengusahakan tanah kami daripada menyerahkan ke perusahaan,” kata Lingga, warga Desa Luwuk Bunter.
Dia melanjutkan, masalah perusahaan telah membayar kepada pihak lain merupakan urusan perusahaan dan pihak tersebut. ”Kami tidak mau tahu. Silakan perusahaan menuntut pihak yang menerima uang GRTT (ganti rugi tanam tumbuh) sebelumnya. Yang pasti, kami akan mempertahankan lahan itu,” katanya. Warga lainnya, Piter, menegaskan, lahan miliknya sekitar dua hektare sudah digarap. Tanaman karet yang sudah dipanen habis total. Dia berencana akan mengambil alih lahan itu meski saat ini mulai ditanam perusahaan. ”Yang pasti kami mulai pekan ini akan menduduki lahan kami masing-masing yang sudah digarap PT BSP,” katanya.
Sejumlah warga memilih menguasai lahan itu. Bahkan, sebagian berjaga di kebun karet yang belum tergarap, khawatir digarap diam-diam. ”Kami menunggu di kebun karena memang di areal ini kami hidup. Kalau dihitung sudah menghasilkan uang puluhan juta dari kebun ini,” kata Esau, warga Luwuk Bunter. Dia menegaskan akan mempertahankan lahan tersebut. ”Karena ini urusan tempat bertahan hidup, apa pun caranya kami akan pertahankan, karena kami ini tidak pernah menjual lahan sama sekali,” katanya. (ang/ign)