Suasana haru mengiringi prosesi pemakaman Habil (10), korban terkaman buaya di Sungai Arut, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Murid kelas 4 SDN Mendawai Seberang itu dimakamkan di TPU Sekip, Pangkalan Bun, Minggu (26/11/2023). Habil ditemukan dalam kondisi meninggal dunia setelah beberapa jam dalam penguasaan buaya jenis senyulong sepanjang 5 meter yang menerkamnya saat mandi di Sungai Arut. Buaya tersebut akhirnya tewas setelah warga Kelurahan Mendawai Seberang ramai-ramai memburunya. Perlu belasan orang mengevakuasi buaya tersebut ke darat.
Isak tangis pihak keluarga dan teman terdekat korban bersahut-sahutan di pemakaman. Ibu korban sangat terpukul atas insiden yang menimpa buah hatinya. Sedih yang amat mendalam, membuat sang ibu tidak dibawa menuju pusara. ”Banyak yang tidak sanggup melihat dari dekat. Karena sedih yang amat mendalam, ibu korban tidak dibawa ke kuburan,” kata keluarga korban, Irjanur. Di kalangan teman dan pihak keluarga, Habil dikenal sebagai anak yang ceria dan mudah bergaul. Tak hanya itu, setiap kali azan berkumandang, dia selalu bergegas menuju musala yang tak jauh dari kediamannya di RT 05 Kelurahan Raja Seberang dan rutin belajar baca tulis Alquran.
Habil tinggal bersama ibu dan ayah tirinya karena kedua orang tuanya telah bercerai. Bocah itu anak sulung dari 4 bersaudara. Dia merupakan anak laki-laki satu-satunya, sementara 3 saudaranya lain berjenis kelamin perempuan. ”Alhamdulillah, Habil setiap hari rutin sembahyang dan belajar ngaji. Kita sama-sama doakan semoga tenang dan diterima Allah SWT,” kata Irjanur. Mewakili pihak keluarga, dia juga meminta masyarakat maupun warganet tidak lagi menyebarkan video dan foto korban saat dibawa hewan buas tersebut. Hal itu dinilai dapat menyakiti hati orang-orang terdekat Habil. ”Jangan lagi ada foto maupun video menampilkan korban disebarluaskan supaya tidak menyakiti pihak keluarga. Takutnya ibunya masih sedih. Cukup doanya saja,” ujar Irjan.
Sementara itu, Lurah Mendawai Seberang Mapro Hadi berharap peristiwa tersebut menjadi pembelajaran bagi masyarakat yang tinggal di Bantaran Sungai Arut. Masyarakat maupun pemerintah diharapkan melakukan evaluasi agar ke depan tidak terjadi lagi konflik antara manusia dengan buaya.
”Kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, terutama masyarakat di bantaran Sungai Arut untuk tetap berhati-hati, karena tidak menutup kemungkinan masih ada binatang buas/buaya yang masih berkeliaran di Sungai Arut,” katanya. Selain itu, pihaknya mencoba mencari penyebab atau mencoba berkoordinasi dengan BKSDA terkait alasan buaya yang semestinya hidup jauh dari permukiman, bisa bermigrasi ke sungai yang ada permukimannya.
Dia juga mengharapkan dinas terkait memasang papan peringatan di sekitar permukiman warga. Dengan begitu, masyarakat bisa selalu diingatkan untuk selalu waspada terhadap kehadiran predator puncak di Sungai Arut tersebut. Terkait bangkai buaya yang berada dekat WFC Kampung Sega Mendawai, telah dievakuasi petugas BKSDA SKW II Pangkalan Bun untuk dikuburkan. (tyo/ign)