Keberadaan pelabuhan laut di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng) ternyata masih belum sepenuhnya mampu mendukung aktivitas ekspor, karena hingga saat ini arus barang yang dikirim ke luar negeri kebanyakan melalui pelabuhan provinsi lain. Buktinya, berdasarkan total nilai ekspor Kalteng per November 2023 kemarin, hanya 16,55 persen yang keluar melalui pelabuhan dari wilayah Kalteng, sementara sisanya 83,45 persen keluar melalui pelabuhan provinsi lain.
“Tidak semua komoditas ekspor kita pintu keluarnya ada di Kalteng, dari total ekspor sebesar USD 357,31, hanya USD 59,15 atau sekitar 16 persen saja yang keluar dari sini. Sementara sisanya dari pelabuhan lain,” kata Kepala BPS Kalteng, Eko Marsoro, Kamis (4/1/2024). Sebetulnya di Kalteng sendiri ada beberapa pelabuhan muatan yang selama ini mendukung kegiatan ekspor hasil komoditas daerah, seperti di Kumai, Sampit, Pulang Pisau, dan Pangkalan Bun. Namun pada kenyataannya, hasil bumi Kalteng justru diekspor melalui daerah Banjarmasin, Kotabaru, Surabaya dan lainnya.
Hal ini tentu sangat disayangkan, karena jika melihat komoditas ekspor Kalteng cukup beragam seperti batu bara, minyak kelapa sawit, lignit, dan bijih zirconium. Dimana jika semua komoditas tersebut itu keluarnya melalui pelabuhan Kalteng, maka akan memberi nilai tersendiri untuk daerah. “Pertambangan dengan hasil batu bara masih menjadi penyumbang utama ekspor Kalteng, disusul dengan industri pengolahan dan pertanian,” ucapnya. Jika melihat tujuan ekspor Kalteng dan nilainya, bisa dikatakan sangat besar karena produk tersebut ditujukan untuk beberapa negara dengan nilai permintaan cukup tinnggi seperti Jepang, Tiongkok, dan India, serta beberapa negara lainnya.
“Komoditas ekspor Kalteng ini, 27,27 persen tujuannya ke Jepang, kemudian 25,71 ke Tiongkok, dan 22,31 ke India, sisa yang kecil-kecil ke negara lain. Tentu ini adalah potensi yang sangat besar, cuma secara tradisi pintu keluarnya itu ada di Kalteng,” pungkasnya. (sho/fm)