SAMPIT – Banjir musiman sering terjadi di Dusun Muara Ubar, Desa Tanah Putih, Kecamatan Telawang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Relokasi rumah warga yang terdampak banjir dinilai menjadi solusi atasi bencana di dusun tersebut.
”Harapan kami ke depannya ada semacam relokasi, khususnya bagi warga yang terdampak banjir di Dusun Muara Ubar," kata Camat Telawang Deddy Jauhari.
Dia menuturkan, musibah banjir yang melanda dusun tersebut terjadi setiap tahun. Seperti yang belum lama terjadi, kurang lebih selama dua minggu banjir merendam puluhan rumah warga setempat. Ketinggian banjir bahkan ada yang mencapai dua meter. Warga terdampak banjir parah adalah yang tinggal persis di bantaran sungai.
”Ada kurang lebih 15 rumah yang terdampak sekali, tapi tidak menutup kemungkinan jumlah itu bertambah seiring dengan bertambah naiknya permukaan air. Memang kami harapkan tidak terjadi, tapi dari pengalaman sebelumnya pernah terjadi. Karena ada siklus musiman, di mana curah hujan itu lebih tinggi dari biasanya,” katanya.
”Dan memang tidak bisa dipungkiri dampak lingkungan juga berpengaruh karena kawasan resapan kita hampir habis, jadi memang air di permukaan itu lebih tinggi dari biasanya," tambahnya lagi.
Karena itu, terhadap sedikitnya 15 warga yang terdampak banjir paling parah, Deddy berharap bisa dilakukan relokasi ke dataran yang lebih tinggi. Pihaknya akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk melakukan relokasi terhadap warga tersebut.
”Ada kemungkinan diupayakan relokasi, kami akan berkoordinasi dengan dinas terkait. Sekarang ada kegiatan bedah rumah, mungkin bisa dilakukan untuk merelokasi warga Dusun Muara Ubar yang terdampak banjir ke daratan yang lebih tinggi," katanya.
Deddy menuturkan, warga setempat bersedia direlokasi ke tempat yang lebih aman dari banjir, asalkan relokasi dilakukan tidak jauh dari sungai. Hal ini berkaitan dengan mata pencaharian warga yang umumnya berprofesi sebagai nelayan.
"Sebetulnya kalau relokasinya tidak jauh dari sungai dan aman mereka sebenarnya mau, ini terkait dengan latar belakang mata pencarian dari warga setempat, karena memang mereka berprofesi sebagai nelayan yang tidak bisa jauh dari sungai," tandasnya.
Karena banjir yang terjadi merupakan musiman yang terjadi setiap tahunnya, Deddy menyebut bahwa masyarakat cukup terbiasa dengan kondisi ini. Namun, tetap saja banjir yang melanda selama berminggu-minggu menyulitkan aktivitas keseharian warga. Selain itu, banjir yang terjadi juga berbahaya bagi keluarga yang memiliki anak kecil.
"Mereka sebetulnya cukup terbiasa dengan kondisi banjir yang datang setiap tahunnya. Mereka sudah tahu akan datang banjir. Hanya, memang spesifikasi rumah yang menjadi masalah. Tidak mengukur tinggi permukaan air pada saat hujan, jadi akhirnya terendam. Tapi, memang kondisi ini akan cukup menggangu aktivitas masyarakat, apalagi yang punya anak kecil, cukup bahaya. Jadi, memang perlu sosialisasi agar pelan-pelan mulai merelokasi atau memodifikasi rumahnya supaya tidak terendam lagi, paling tidak untuk mengantisipasi banjir," katanya. (yn/ign)