SAMPIT-Masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dengan keberagaman budaya, suku dan adat istiadat hingga saat ini terus memelihara hidup saling berdampingan. Hal itu menjadi aset yang menjadi modal dasar dan sebagai simbol kekuatan bagi pemerintah setempat, bersama-sama dengan berbagai kalangan dalam memajukan pembangunan.
"Dengan keberagaman yang kita miliki dan kekayaan kebudayaan, suku, adat istiadat yang ada, sebagai kekuatan kita untuk memajukan pembangunan di Kotim. Sehingga keberagaman yang ada ini diharapkan terus dijaga," ujar Wakil Bupati Kotim Irawati.
Ditegaskannya, Kabupaten Kotim merupakan daerah yang terbuka bagi siapa saja yang ingin berkarya dan membangun di Kotim, dan menurutnya ini telah menjadi ciri khas daerah ini. Menurutnya keberagaman menjadikan Kotim sebagai kabupaten yang sangat plural dengan berbagai macam latar belakang ras dan suku. Tidak hanya penduduk local lanjutnya, suku Jawa, Madura, Batak juga Sulawesi, dan dari Sumatera serta daerah lainnya juga cukup banyak merantau ke wilayah ini.
"Keberagaman yang kita miliki malah menjadi potensi positif bagi Kotim untuk bisa saling berkolaborasi dan bersinergi dalam pelaksanaan pembangunan," imbuh Irawati.
Dirinya pun menilai, kebanyakan masyarakat perantau memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi sehingga dapat menjadi modal dasar untuk melaksanakan pembangunan di kabupaten ini.
Di sisi lain lanjut Irawati, hal ini justru dapat menjadi potensi disintegrasi apabila di dalam masyarakat tidak dapat lagi menjalin kerukunan dan kebersamaan, melainkan saling bertikai dan saling menghancurkan sehingga terjadi perpecahan dalam kehidupan sosial. Hal ini yang pernah terjadi di Kotim puluhan tahun yang lalu. Ia menegaskan, konflik antarsuku itu mencatatkan sejarah kelam bagi kabupaten berjuluk Bumi Habaring Hurung ini.
"Konflik yang pernah terjadi dulu menjadi pelajaran untuk semua pihak. Oleh karena itu tidak hanya pemerintah daerah, tetapi seluruh elemen masyarakat memiliki tanggung jawab yang teramat besar dalam menjaga kedamaian yang telah terjadi pasca konflik yang terjadi puluhan tahun yang lalu itu," paparnya.
Irawati berharap, semua paguyuban dari berbagai suku yang ada di Kotim bisa bersama-sama menjaga perdamaian, serta saling menghormati satu sama lain. Ditegaskannya, falsafah Habaring Hurung yang dimiliki kabupaten ini dapat menjadi prinsip-prinsip dalam berintegrasi untuk saling membangun kebersamaan, bahu membahu bergotong-royong dan sebagai solidaritas sosial.
Ia menambahkan, salah satu makna falsafah Huma Betang, dimana Bumi Dipijak di situ Langit Dijunjung, dengan menghargai nilai-nilai kearifan lokal yang ada di daerah setempat. “Falsafah tersebut menjadi perekat sosial untuk saling berkolaborasi kerjasama membangun hubungan sosial yang baik, sehingga menjadi modal dasar untuk membangun Kotim yang lebih baik kedepannya,” pungkas Irawati. (yn/gus)