SAMPIT-Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Fajrurrahman menyatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotim menaruh perhatian lebih pada upaya-upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) wilayah ini.
"Pak Bupati meminta seluruh komponen untuk memanfaatkan segala sumber daya untuk bisa meningkatkan PAD," ujarnya.
Fajrurrahman menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan Pemkab Kotim dalam mendongkrak pendapatan daerah sudah dapat dilihat. Namun demikian Pemkab Kotim akan terus berupaya menggali potensi dalam peningkatan PAD.
"Segala sumber daya kita sudah kita lakukan, artinya tonggak-tonggak yang sudah dilakukan oleh Pak Bupati tahun 2024 ini sudah bisa kita lihat, walaupun tidak bisa serta merta terlihat hasilnya. Seperti misalkan kalau ke pemerintah pusat, kita meminta agar DBH (Dana Bagi Hasil) dan lain sebagainya itu bisa dapat ditingkatkan ke tempat kita," ujarnya.
Fajrurrahman melanjutkan, seperti melalui Asosiasi Kabupaten Penghasil Sawit Indonesia (AKPSI) Kotim berjuang untuk bisa mendapatkan DBH sawit. Dari perjuangan tersebut, di tahun 2023-2024 Kotim mendapatkan DBH sawit dengan nilai rata-rata sebesar Rp 40 miliar. "Ini yang dimaksudkan semua peluang itu harus dimanfaatkan," terangnya.
Dikatakannya pula, Bupati Kotim juga merancang agar ada pemasukan pendapatan daerah dari pemanfaatan limbah medis. Pembangunan dan peletakan batu pertama bangunan pabrik pengolahan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) medis, di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah kilometer 14 Jalan Jendral Sudirman Sampit, telah secara resmi dibuka oleh Bupati Kotim Halikinnor, 15 Mei 2024 lalu.
"Dari pemanfaatan limbah medis ini, nanti di tahun 2025 kita harapkan itu juga menjadi sumber pendapatan," tambah Fajrur.
Lebih lanjutnya, Pemkab Kotim sedang giat mencari sumber pendapatan daerah melalui BUMD bersama anak perusahaannya. Bekerjasama dengan Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI). Salah satu bisnis yang dibidik adalah perdagangan emisi karbon.
Fajrurrahman menguraikan, melalui BUMD, Pemkab Kotim akan melakukan penjualan karbon bekerjasama dengan GPPI. Pihaknya pun sudah melakukan penandatanganan dan diharapkan juga menjadi sumber PAD di tahun 2025 akhir.
Hal itu mengingat, proses penyusunan dokumen-dokumennya memerlukan waktu termasuk juga hal-hal lainya berkenaan kerjasama dengan pihak luar negeri.
"Alhamdulillah sekarang sawit pun bisa menghasilkan menjadi karbon dan ini saya rasa mungkin bisa menjadi contoh juga bagi daerah-daerah lain ke depanny,a apabila ini bisa berhasil dilakukan oleh Pemkab Kotim," pungkas Fajrurrahman. (yn/gus)