SAMPIT – Penyelolaan sampah di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), masih menjadi persoalan. Sekitar 8 ton sampah masuk ke lokasi pembuangan seluas 12,5 hektare setiap hari. Kondisi itu membuat TPA hampir melebihi kapasitas dan mengancam lingkungan.
Perwakilan Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kotim Yusuf Nuril, mengatakan bahwa keterbatasan armada pengangkut sampah menjadi salah satu kendala utama.
”Armada yang kami pakai sekarang adalah bawaan dari dinas sebelumnya. Jadi, usianya sudah cukup tua," ungkapnya.
Akibatnya, lanjut Yusuf, armada sering terhambat dan sampah tidak terangkut. Hal itu membuat sampah menumpuk di depo.
Yusuf mengharapkan pemerintah daerah dapat memberikan perhatian lebih terhadap DLH Kotim dalam menangani pengelolaan sampah.
”Semoga ini menjadi catatan pemerintah daerah supaya lebih memperhatikan DLH, apa yang harus dilakukan untuk pengelolaan sampah ini,” ujarnya.
Dia juga menjelaskan, dibangunnya depo sampah di Kotim bukan hanya tempat pembuangan sampah, tetapi juga tempat edukasi bagi masyarakat.
”Di depo sampah SMP 3, misalnya, kami mengedukasi masyarakat agar tidak takut dengan sampah. Sampah jika bisa dikelola dengan baik, tentu akan menghasilkan sesuatu yang baik pula,” jelasnya.
Yusuf mengungkapkan, DLH Kotim memiliki sekitar 130 petugas pengelolaan sampah. ”Ada satu pengawas armada, tiga pengawas penyapuan, dan operator loader,” ujarnya.
Sementara itu, untuk pengangkutan sampah, DLH Kotim memiliki sekitar 69 armada. Sedangkan untuk petugas penyapu, ada 50 personel.
Menurut Yusuf, armada dan personel penyapuan tersebut sudah dibagi sesuai dengan kebutuhan di masing-masing wilayah.
”Mudah-mudahan ke depan kita bisa mendapatkan armada baru yang lebih memadai agar pengelolaan sampah di Kotim bisa lebih optimal," harapnya. (yn/ign)