SAMPIT –Petani di Desa Lampuyang Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) sangat mengharapkan ada tambahan pupuk bersubsidi seiring masa panen padi yang masih berlangsung. Sebagai salah satu lumbung padi terbesar di daerah ini, kebutuhan akan pupuk menjadi krusial untuk menjaga produktivitas dan mendukung ketahanan pangan daerah.
“Kalau dalam satu hektare idealnya dibutuhkan enam sak pupuk, maka dua musim butuh 12 sak. Tapi kenyataannya warga kami hanya dapat 10 sak,” ujar Kepala Desa Lampuyang, Muksin.
Desa Lampuyang diketahui memiliki sekitar 8.000 hektare lahan potensial, dan sekitar 4.500 hektare di antaranya telah ditanami padi. Sejak awal April, petani di desa itu mulai memasuki masa panen. Hasil panen tahun ini pun cukup menggembirakan, dengan produksi berkisar 4 hingga 5,5 ton gabah kering panen (GKP) per hektare.
Namun di balik hasil yang menggembirakan itu, terselip kekhawatiran soal ketersediaan pupuk subsidi yang belum sesuai dengan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Kekurangan pupuk berpotensi menurunkan produktivitas di musim tanam berikutnya.
“Pupuk ini sangat menentukan. Kalau kurang, hasilnya bisa anjlok. Tahun-tahun sebelumnya pernah hanya dapat 2 sampai 3,5 ton per hektare karena pupuk tidak mencukupi,” imbuh Muksin.
Meski demikian, ia mengapresiasi peran Bulog yang menyerap gabah petani dengan harga cukup baik, yakni Rp6.500 per kilogram GKP. Harga tersebut memberikan semangat baru bagi petani dalam menghadapi musim tanam berikutnya.
Selain pasokan pupuk, petani juga berharap pemerintah terus membenahi saluran irigasi dan infrastruktur pertanian seperti jalan usaha tani, agar pengangkutan hasil panen menjadi lebih lancar dan padi lebih aman dari ancaman banjir.
“Kami hanya ingin bisa bertani dengan kondisi yang ideal. Pupuk cukup, irigasi lancar, dan jalan baik. Itu saja sudah cukup untuk menjaga Lampuyang tetap jadi andalan beras di Kotim,” pungkas Muksin. (yn/gus)