SAMPIT – Untuk mewujudkan swasembada daging, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) akan menggandeng perusahaan besar swasta (PBS) yang beroperasi di daerah ini. Kepala Dinas Pertanian Perternakan Penyuluhan Ketahan Pangan (DP3KP) Kotim, I Made Dikantara menyampaikan hal ini sesuai dengan intruksi gubernur Provinsi Kalimantan Tengah, agar setiap PBS harus memelihara sapi dalam rangka membantu program swasembada daging dari pemerintah.
”Karena kalau cuma mengandalkan pemerintah saja tidak mungkin bisa mencapai swasembada daging. Karena dari pemerintah daerah (pemda) sendiri hanya mampu mendatangkan 300 sampai 600 ekor sapi saja per tahun. Sedangkan untuk mencapai swasembada minimal Kotim memiliki 30.000 sampai 33.000 ekor populasi sapi yang dipelihara. Dengan kondisi sekarang bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk mencapai target swasembada itu,” paparnya, Senin (22/8).
Sesuai dengan penjelasannya, saat ini Kotim baru memiliki 7000 ekor sapi yang diternakan. Jumlah ini sangat jauh sekali dari target swasembada yang ditentukan oleh pemda, yaitu sekitar 30.000 sampai 33.000 ekor populasi sapi. Selain karena belum fokus dalam menggarap swasembada sapi, menurut Made penyebab keterlambatan kembang biak sapi di Kotim ini adalah kerusuhan sekitar tahun 2001. Diungkapkannya, banyak sapi yang dipotong secara bebas untuk dijadikan santapan warga, sehingga pemkab harus memulai dari nol dalam pengembangbiakannya.
Melihat adanya potensi untuk pengembangbiakan sapi di wilayah perkebunan sawit, pemerintah pun ingin menjalin kerja sama dengan pihak PBS sawit. Berdasarkan perhitungan pihaknya dalam satu hektar lahan sawit minimal mampu memelihara 2 ekor sapi. Dengan luas perkebunan sawit yang ada saat ini, yaitu sekitar 850.000 hektar, ia yakin untuk mencapai swasembada daging bukan lagi menjadi hal yang sulit.
”Walaupun tidak semua lahan digunakan untuk berternak sapi, tapi setidaknya potensi untuk swasembada sudah ada. Dengan memelihara sapi di wilayah perkebunan juga akan menciptakan integrasi bagi kedua belah pihak. Sapi-sapi tersebut akan memakan limbah dari perkebunan sawit, sehingga mengurangi tugas mereka dalam membersihkan lahan perkebunan. Selain itu dari kotorannya juga bisa menjadi pupuk, intinya ada timbal baliknya lah,” pungkas I Made.
Ia juga menyampaikan, sebagai program percontohan pihaknya telah mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk mendatangkan 10 paket sapi atau sekitar 254 ekor sapi dari Australia untuk diternakan di wilayah perkebunan. Namun, saat ini usulan tersebut masih dalam tahap lelang menggunakan dana APBN, sehingga ia tidak bisa memastikan kapan paket sapi tersebut tiba di Kotim. Apabila program ini berhasil dijalankan kedepannya pihak PBS dan masyarakat sekitar lah yang akan mendatangkan sapi dari luar negeri, tidak menjadi tanggungjawab pemerintah lagi. (vit/gus)