SAMPIT – Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kotim langsung mengambil tindakan menyikapi ratusan santri dan panti asuhan Al Marhamah di Jalan Tjilik Riwut Sampit yang kehilangan tempat tinggal. Kepala Kemenag Kotim Samsudin mengungkapkan, pihaknya telah melakukan mediasi, namun tidak menghasilkan kesepakatan.
”Kami sudah bertindak, tetapi memang tidak menemukan kesepatan karena pengurus pesantren memang keras dan tetap sama keputusannya untuk pindah,” katanya, Jumat (16/10).
Menurut Samsudin, berdasarkan keterangan pemilik tanah H Muchlis yang langsung datang ke Kantor Kemenag, lahan yang digunakan untuk membangun pesantren tersebut memang hanya pinjaman. Namun, dia memberi waktu kepada pengurus Pondok Pesantren Al-Marhamah sampai 1 Januari 2016, tetapi tawaran tersebut justru dianggap pengurus sebagai pengusiran.
”Guru Khairulnya yang menganggap diusir, padahal masih diberi waktu sampai bangunan yang di depannya selesai,” ujarnya.
Samsudin mengatakan, karena pondok pesantren tersebut swasta, pihaknya tidak dapat berbuat banyak, terutama dengan menyediakan tempat belajar mengajar. Namun, dia telah menyarankan kepada guru Khairul untuk menampung siswanya di beberapa MTS swasta di Kota Sampit. Ini dilakukan agar proses belajar mengajar tidak terganggu, apalagi saat ini sedang ujian tengah semester (UTS).
”Saya langsung telepon guru Khairul, kalau siswi SMP-nya bisa ditampung di SMP Nurul Yaqin dengan syarat menjadi siswi di sana, tetapi beliau menolak,” ucapnya.
Samsudin berharap, langkah pengurus Ponpes Al-Marhamah yang memilih untuk pindah sebelum jangka waktu yang diberikan pemilik tanah habis, tidak mengorbankan santriwati di sana. Apalagi proses belajar mengajar harus tetap dijalankan dan ada beberapa kurikulum yang harus dikejar. Belum lagi, saat ini ada beberapa guru yang justru dipecat.
”Kalau untuk guru yang PNS di bawah Kemenag Kotim cuma satu saja, yang lainnya guru kontrak, tetapi itu ada juga yang diberhentikan. Makanya, jangan sampai nanti enggak ada gurunya,” jelasnya.
Seperti diketahui, hampir tiga hari ini ratusan santri dan anak panti asuhan Al Marhamah di Jalan Tjilik Riwut kilometer 2,5 Sampit kehilangan tempat tinggal. Mereka diminta ”angkat kaki” karena lahan tempat menempuh pendidikan dan tinggal diambil alih sang pemilik, H Muchlis, Rabu (14/10).
Pengasuh Al Marhamah tak bisa berbuat banyak selain meminta santri mengangkut barang-barang mereka dari lokasi tempat panti asuhan putra dan putri, pondok pesantren putri, dan SDS Al Marhamah yang berlokasi di sebelah Barat dan Timur Jalan Tjilik Riwut itu.
Setelah lahannya diambil H Muchlis sebagai pemilik tanah, pengasuh Al Marhamah Sampit langsung membangun tenda darurat. Tenda itu sebagai ruang kelas santri untuk mengikuti proses belajar mengajar seperti biasa, terutama santri Tsanawiah dan Aliah. (tha/ign)