SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

PALANGKA

Sabtu, 04 Maret 2017 13:08
Rela Tinggalkan Pekerjaan dan Organisasi, Pilih Cangkul Lahan

Kisah Asep, Petani Cabai yang Berhasil

PANEN: Asep Eko DS saat melakukan panen cabai di kebun miliknya. (ARJONI/RADAR PALANGKA)

Asep tidak pernah membayangkan dia akan menggeluti usaha pertanian, khususnya bertani cabai. Bertahun-tahun sejak masih kuliah Asep sibuk sebagai aktivis dan aktif di berbagai organisasi, baik kampus maupun organisasi kepemudaan, masyarakat hingga ikut kepengurusan partai politik. Saat menjadi aktivis dan organisator keinginan kuatnya adalah bisa sebagai wakil rakyat. 

ARJONI, Palangka Raya

SENYUM dan keramahan menyambut kedatangan Radar Sampit ketika tiba di rumah kayu jalan Garuda I Kompleks Trans Migrasi Km 38 Tjilik Riwut Palangka Raya, Kamis (2/3) siang sekitar pukul 14.00 WIB. Dialah Asep Eko DS yang dulu dikenal sebagai salah seorang aktivis dan aktif diberbagai organisasi.

Saat Radar Sampit tiba kondisi rumah sedang direhap, dibagian tengah dan bagian dapur. Dua orang tukang terlihat asik mengerjakan dapur rumah yang disamping kirinya terdapat kolam ikan berukuran 2x4 meter.

Asep pun mengajak saya duduk diruang tamu rumah. Di sini saya dan Asep serta istrinya berbincang panjang tentang awal mula mereka memutuskan untuk bertani, khususnya bertani cabai. Bertani, awalnya hanya dilakukan istrinya Meri Susanti, pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 Meri Susanti kersikukuh untuk bertani, dia meminta sang suami untuk menyiapkan polybag untuk ditanami cabai. Namun, itu sering diabaikan Asep dan Asep lebih mengutamakan pekerjaanya sebagai staf dewan dan asiek dengan berbagai organisasi.

Meri juga tidak berputus asa, usahanya untuk membujuk dan mendorong sang suami terus dilakukan walau respon sangat kurang. Akhirnya Meri menanam sendiri dan meminta Asep sebelum bekerja atau ke Palangka Raya untuk mencangkul terelebih dahulu untuk bertanama cabai.

"Saking jengkelnya dulu itu, kalau Papah Lila (Asep, Red) mau berangkat ke kota atau bekerja saya minta agar mencangkul dulu. Kalau tidak dia tidak boleh pergi. Itu saya minta syaratanya. Dari situ sebelum berangkat dia mulai mencangkul lahan untuk ditanam cabai," ucap Meri Susanti.

Saat itu kondisi keuangan makin sulit, apalagi orangtua Asep mengalami sakit. Sementara Asep anak satu-satunya, sehingga gajinya saat menjadi staf dewan waktu itu tidak mencukupi karena harus berbagi dengan orangtua. Asep memutuskan untuk menjadi petugas pendamping desa dan itupun masih tidak menutupi untuk kebutuhan keluarga.

Terlilit hutang dimana-mana dan tidak berani pulang ke rumah pernah dialami oleh Asep.

"Pernah Papah Lila gak berani pulang ke rumah dan takut setiap ada telepon, sebab ditagih hutang yang sudah menunggak 7 bulan," ujarnya.

Tahun 2016 Asep memutuskan untuk berhenti kerja sebagai pendamping desa dan memutuskan untuk tidak terlibat dalam oragnaisasi apapun, baik pemuda maupun parpol. Padahal, Asep masih aktif sebagai pengurus organisasi NU, KNPI dan partai politik waktu itu.

Atas dorongan dan motivasi dari sang istri, Asep memfokuskan diri untuk bertani cabai. Dibantu istrinya yang merupakan lulusan Fakultas Pertanian, Asep kuatkan tekad dan mempersiapkan mental untuk mulai bertani. "Memang modal pertama adalah mental. Mental harus kuat untuk bertani ini, karena banyak yang mengganggap pekerjaan bertani kotor dan pekerjaan rendahan. Banyak yang mencibir ketika saya memutuskan menghentikan semua kegiatan di organisasi untuk memulai bertani. Ada yang bilang percuma orangtua menguliahkan tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya bertani, tetapi saya dan istri cuek serta terus melanjutkan bertani," ungkapnya.

Diakui Asep, saat awal hingga penan pertama bertani cabai sangat berat. Menyiapkan dana Rp 75 juta sangat berat untuk bertani di lahan 2 hektare. Menyiapkan dana itu Asep dan istri menghutang sana sini, baik bank hingga rentenir.

"Awalnya hutang sana sini untuk modal, gadaikan surat tanah dan sebagainya. Pernah menghubungi rekan-rekan anggota dewan tempat saya bekerja dulu, tetapi mereka tidak merespon. Akhirnya dengan sangat terpaksa kami pinjam kepada rentenir, karena sudah berusaha tapi tak ada yang mau meminjamkan dana," ujarnya.

Pertanian cabai Asep dan istrinyapun terbilang sukses, dari semua bibit yang disemai dan ditanam tumbuh dengan baik dan subur. Hutang pun sudah bisa dibayarkan semua oleh Asep dan istrinya. (*/vin)

 


BACA JUGA

Selasa, 08 September 2015 21:50

Ratusan PNS Masih Mangkir, Laporkan Harta Kekayaan

<p>SAMPIT &ndash; Sebanyak 240 Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara di lingkup…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers