PANGKALAN BUN – Naiknya debit air Sungai Arut di Pangkalan Bun disambut gembira anak-anak. Mereka berenang atau sekadar bermain air di sepanjang aliran sungai itu. Salah satu lokasi yang menjadi tempat bermain anak-anak yakni di kawasan Mendawai Seberang.
Alfath, salah seorang bocah SD mengaku gembira karena air sungai mulai menggenangi bagian bawah perumahan. ”Kalau naiknya tidak sampai masuk rumah, itu masih biasa. Kita malah senang bisa main-main air,” ujarnya, Senin (13/3) sore.
Hal senada disampaikan Fikri. Naiknya debit air sungai merupakan saat yang tepat untuk bermain. Baginya, air yang menggenang di lingkungan tempat tinggalnya tidak berarus kuat seperti di bagian utama Sungai Arut. ”Main air sekalian belajar berenang,” kata anak usia tujuh tahun itu.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kobar Dwi Ratna mengatakan, sebaiknya anak-anak dicegah untuk bermain air. Kondisi air yang keruh dikhawatirkan dapat menimbulkan penyakit, terutama penyakit kulit dan diare.
”Sebaiknya jangan dibiarkan bermain air dengan bebas, jangan terlalu sering. Kalau tidak tahan, bisa kena penyakit kulit atau bahkan bila sampai airnya tertelan dan saat itu kondisi badan kurang sehat bisa kena diare,” katanya.
Meski bermain air sungai sudah menjadi kebiasaan anak-anak yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Arut, namun kewaspadaan untuk mencegah penyakit tetap harus menjadi perhatian orang tua.
Pihaknya mengimbau agar para orang tua tidak menganggap sepele, karena naiknya debit air sungai Arut yang diduga berasal dari aliran banjir di Aruta bisa bepotensi menyebabkan penyakit.
”Kita kan tidak tahu air itu melewati mana saja dan telah tercampur dengan apa. Intinya mencegah lebih baik daripada mengobati. Nanti kalau ada yang mulai terserang penyakit kulit atau diare, orang tua harus segera ke pustu atau puskesmas terdekat untuk meminta pengobatan,”pintanya.
Selain di Mendawai, luapan Sungai Arut kini sudah mencapai permukiman warga Kampung Tatas dan Bungur, Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar).
Salah seorang warga RT.26 Kampung Tatas, Supiana menyampaikan, pada hari Minggu (12/3) malam air mulai naik dan sudah mencapai mata kaki orang dewasa. Luapan ini merupakan luapan yang sama dengan tahun lalu. Air terus bertambah hingga hari Senin (13/3).
"Ini naik lagi dua jari, kalau tahun lalu puncaknya ya sampai mata kaki saja. Tahun ini kemungkinan akan lebih parah," ujar Supiana, Senin (13/3).
Air mulai merendam pelantaran dapur rumahnya yang terbuat dari bangunan kayu. Untuk di tempat lain pun, juga mengalami hal yang sama, seperti di sepanjang bantaran Sungai Arut yang mulai tergenang luapan air sungai.
Menanggapi hal ini, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar Reneli mengatakan, luapan Sungai Arut tersebut merupakan dampak dari turunnya banjir di Aruta dan meluapnya air di Sungai Lamandau. Hal ini sering terjadi setiap tahunnya pasca banjir di Aruta menurun.
"Disini dan di Kotawaringin Lama sudah mulai naik, akibat Sungai Lamandau meluap kiriman dari hulu sungai," kata Reneli.
Sementara itu, Kepala BPBD Kobar Hermon F Lion menyampaikan, saat ini status banjir adalah tanggap darurat. Air di Kecamatan Aruta sudah mulai surut. Pihaknya akan memantau terus perkembangan situasi dari meluapnya air Sungai Arut.
"Kita tadi sempat cek juga di Pasar Tembaga Indah Kelurahan Baru, memang airnya meluap sampai ke sana cuma masih belum tinggi, kita akan pantau terus," pungkas Hermon. (jok/sla/yit)