PANGKALAN BUN – Kabar palsu penculikan anak yang cepat menyebar di media sosial meresahkan masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Informasi yang disampaikan cenderung sadis. Aparat meminta masyarakat tak langsung menyebarkan informasi sebelum kebenarannya pasti.
Pengamatan Radar Sampit, informasi palsu penculikan itu sempat menjadi status pengguna blackberry messenger yang memasang foto seorang anak menggunakan pakaian olahraga sekolah. Anak itu memperlihatkan bekas luka sayatan di tangan kirinya.
"Penculikan sudah masuk Raja Seberang. Anak SD hampir diculik, tangannya sempat dipotong penculik. Waspada," demikian pesan yang ditulis di status BBM akun tersebut, Jumat (24/3).
Hal serupa juga terjadi di Facebook. Akun Fa'an Chunglie mengimbau pengguna Facebook yang memiliki anak berhati-hati. Dia menulis kabar tentang penculikan anak di SDN 4 Kelurahan Baru, Pangkalan Bun.
"Salah satu siswa dikasih air minum dan tidak ingat apa-apa. Pelaku ketangkap saat dibekap di dalam kantor dan melarikan diri. Mudahan setelah kejadian ini polisi bisa tegas menyelidiki kasus ini," ujarnya.
Kapolres Kobar AKBP Pria Premos mengatakan, kabar yang beredar di medsos tersebut tidak ada satu pun yang benar dan masuk dalam laporan ke Polsek maupun Polres Kobar. Modus berita palsu yang beredar di medsos selalu sama, yakni percobaan penculikan, pelakunya kemudian melarikan diri, dan tidak ada laporan ke polisi.
"Kepada pengguna medsos, harusnya berhati-hati memberikan informasi. Cek dulu kebenarannya, jangan membuat resah dan gaduh. Kasihan kalau berita itu tidak benar dan membuat orang menjadi panik. Bijaklah menggunakan media sosial," katanya.
Premos menghimbau orangtua yang memiliki anak di SD dan SMP, agar mengantar dan menjemput saat berangkat dan pulang sekolah sampai isu tersebut hilang. Pihak sekolah juga diminta peduli terhadap anak didiknya.
"Kalau memang ada orang tidak dikenal, segera laporkan kepada polisi, jangan langsung diposting ke media sosial. Postingannya selalu percobaan penculikan dan pelakunya melarikan diri. Kita melakukan patroli saat jam pulang sekolah SD dan SMP saja," tandasnya.
Jangan Terprovokasi
Sementara itu, Kapolsek Pangkalan Banteng Iptu Sudarsono meminta masyarakat wasapada dan tak mudah terprovokasi ketika mendengar ada isu penculikan anak. Ketenangan masyarakat merupakan hal yang paling utama. Belakangan ini warga diresahkan isu penculikan anak dengan modus pelaku yang menyamar menjadi orang gila, pengemis, gelandangan, dan sebagainya. Banyak warga yang percaya isu tersebut.
”Yang kita cegah ini adalah akibat isu yang merebak itu, akan membuat warga bertindak berlebihan. Akibatnya, warga akan langsung anarkis ketika melihat orang yang dicurigai sebagai pelaku penculikan, padahal itu belum jelas,” ujarnya.
Pihaknya juga meminta masyarakat lebih bijak menggunakan media sosial. Bila ada kabar yang belum jelas kebenarannya dan berpotensi membuat resah, agar tidak menyebarkannya.
”Kalau dapat kabar atau mengetahui ada orang yang mencurigakan, alangkah lebih baik lapor saja ke polisi. Biar kita yang mendindaklanjuti. Jangan langsung bertindak sendiri, nanti ujungnya anarkis dan malah membuat masyarakat resah,” katanya.
Pantauan Radar Pangkalan Bun di sejumlah sekolah di Pangkalan Banteng, lebih dari sepekan ini, setiap jam pulang sekolah para orangtua tampak ramai mejemput anak-anak mereka. Bahkan, ada yang menunggu di sekolah dari pagi hingga siang.
”Biasanya hanya ngantar saja waktu pagi, tapi sekarang jemput saya sempat-sempatkan. Izin sebentar ke bos untuk jemput anak pas jam istirahat,” ungkap Rahma, pegawai toko di Karang Mulya, Pangkalan Banteng.
Terkait isu penculikan anak yang kian merebak, menurutnya, memang membuat resah orangtua. Dia pun mengakui bahwa mengetahui isu penculikan anak itu dari media sosial.
”Tahunya sih awalnya dari broadcast di BBM. Pas lihat di Facebook ada yang pasang gambar tubuh anak dimutilasi dan foto berita di koran tentang harga jual anak-anak itu, bikin waswas,” katanya. (jok/sla/ign)