Rekaman kemarahannya menjadi buah bibir di jejaring sosial. Jutaan pasang mata tergugah oleh videonya bertitel "Saya Marah" yang beredar luas di jagad maya.
DODI, Palangka Raya
SAAT wajah pemerintah pusat kian bopeng di mata masyarakat Kalteng karena bencana asap, nama Chanee Kalaweit melejit. Dia mencuri perhatian warga yang berbulan-bulan pasrah terpapar asap yang belum tampak akan berakhir. Berjuta pasang mata lebih melihat ‘kepedulian’ di dalam diri aktivis berdarah Prancis itu ketimbang para pemangku kebijakan di ibu kota negara ini.
Chanee "memperkenalkan diri" melalui rekaman kemarahannya yang diunggah ke jagad maya dengan tagar "Saya Marah". Video berdurasi 3 menit 15 detik itu beredar cepat di media sosial dan menjadi viral, karena dinilai mewakili penderitaan banyak pihak atas bencana kabut asap yang semakin parah dan mengancam nasib warga Kalimantan.
Video itu dimulai dengan suara nafas aktivis di Palangka Raya itu yang terdengar berat dan sesak. Wajahnya tertutup masker hitam layaknya masker pelindung udara beracun.
Kepada Radar Sampit, Jumat (23/10), Chanee berbagi cerita terkait respons pemerintah terhadap rekamannya tersebut. Memang, meski videonya heboh, Presiden Joko Widodo belum memberi tanggapan langsung. Chanee baru diundang Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar pada Senin (26/10) nanti. Undangan itu tidak mencantumkan topik yang akan dibahas nanti.
Chanee sebenarnya hanya ingin menyampaikan pesan pada presiden. Inti pesan itu sesederhana seorang ayah yang khawatir atas keadaan sang anak. ”Iya sesederhana itu saja. Apakah keadaan ini yang diinginkan oleh Presiden Jokowi? Hanya karena demi minyak kepala sawit, ini yang dinginkannya?” tuturnya.
Chanee melihat selama ini para relawan dan tim pemadam bekerja di lapangan dengan sangat luar biasa. Sangat berat. Namun hasilnya tidak efektif. Chanee menyebut itu bukan salah mereka. Tapi kesalahan para pejabat atau orang-orang yang memiliki kewenangan.
Dia mencontohkan lambatnya penanganan kebakaran lahan dan hutan hingga berakibat buruk. Helikopter baru diturunkan setelah dua bulan, api sudah membesar serta tersebar ke mana-mana. ”Saya tidak mau kondisi ini dirasakan terus-menerus,” tuturnya.
Nanti, Chanee akan menemui Menti Siti Nurbaya. Dia akan menyampaikan persis seperti video yang dibuatnya. Termasuk juga tindakan preventif pemerintah, serta membincangkan kanal di Tumbang Nusa.
”Kanal-kanal itu akan mengeringkan hutan, dan itu akan semakin gampang dibakar di tahun-tahun yang akan datang. Jadi pemerintah itu memikir jangka panjang dan bukan hari ini saja,” terangnya.
Chanee menilai, yang harus dilawan bukan asap atau api, tetapi sumber kedua bencana itu. ”Pesan itu bukan melawan Jokowi atau pemerintah, hanya menyampaikan apakah situasi ini yang diinginkan,” tegasnya.
Jika pun dianggap melawan pemerintah, Chanee mengaku tak takut. Termasuk soal kemungkinan dicabut paspor, hingga intimidasi oleh pengusaha kelapa sawit.
”Oh ya, video itu dibuat di rumah. Tujuannya untuk didengar. Bila tidak, saya akan terus lakukan,” pungkasnya sambil menuturkan bahwa keadaan ini, di banyak negara, dengan situasi partikulat di ambang batas pasti dilakukan evakuasi.
Dalam videonya, Chanee menyampaikan pesan kepada Presiden Jokowi tentang kabut asap di Kalteng. Dia mengaku berasal dari Eropa dan sudah menjadi WNI sejak tiga 3 tahun lalu. Dia telah 17 tahun tinggal di Indonesia. Dia pun sangat bangga dan mencintai tulus Indonesia. Namun dia meminta izin menyampaikan kemarahannya.
Dia marah karena sang anak terkena ISPA, seperti ratusan anak lain. Dia marah karena tidak hanya ribuan orang sesak napas dan menangis sambil berdoa untuk dapat melihat matahari lagi. Dia marah tidak hanya karena alam dan hutan di Kalimantan dihancurkan. Dia marah karena penderitaan ini dibuat demi industri minyak kelapa sawit.
Chanee menyebut keputusan pemerintah sebelum dan pemerintah sekarang dengan sengaja menimbulkan masalah ini setiap tahunnya, dan diperparah dengan Elnino. Dia menyebutkan di Kota Palangka Raya saja, sejak Juni sudah puluhan kebakaran lahan. Hal itu demi ekspansi perkebunan kelapa sawit.
Pada saat itu, asap belum menjadi topik pemberitaan, tidak ada tanggapan dari pemerintah. Bahkan helikoter baru datang dua bulan, petugas pun tidak bisa berbuat banyak sebab api sudah berkobar besar. Pemilik lahan yang dibakar tidak disanksi.
Chanee menuturkan kepada Jokowi bahwa kuropsi, kolusi, dan intimidasi masih terjadi dan merajalela di Kalimantan, demi ekspansi perkebunan kelapa sawit. Terlebih saat membuat kanal baru sehingga membuat situasi lebih parah.
Dia juga menuturkan, marah bukan hanya sebagai aktivis lingkungan, suami, ayah, dan seseorang yang sungguh mencintai negeri ini. Pelan-pelan kesehatan warga dicuri oleh oknum yang menimbulkan situasi ini. Hingga, apakah ini yang diinginkan demi industri kelap sawit? (***/dwi)