SAMPIT-Anggota Komisi III DPRD Kotim, Sutik meminta Dinas Kesehatan setempat rutin memantau ulang kondisi masyarakat di seluruh wilayah, tertutama di pelosok guna mengantisipasi kasus gizi buruk sedini mungkin.
”Kami mendorong agar dinas terkait segera melihat kondisi lapangan, untuk mengawasi ada atau tidak, warga yang terkena gizi buruk,”ujarnya.
Menurut Politikus Gerindra ini, potensi adanya penderita gizi buruk bisa saja terjadi. Dan hal inilah yang kemudian diharapnya segera diantisipasi pemerintah. Sehingga lanjutnya, angka pasti penderita gizi buruk dapat diketahui, untuk kemudian dilakukan penanggulangan.
”Kalau di sekitar perkotaan bisa saja tidak ada, tetapi di daerah pedalaman yang masih tinggi angka kemiskinannya, bisa berpotensi ada yang terkena gizi buruk,” tambah Sutik. Menurutnya pengawasan terhadap potensi gizi buruk tersebut hendaknya juga dilakukan oleh pemerintah di tingkat kecamatan dan desa, termasuk para petugas kesehatan di pedalaman.
Kemudian tambahnya, dari hasil pendataan oleh desa dan kecamatan, hasilnya dilaporkanke Dinas Kesehatan mau pun Dinas Sosial untuk menanggulangi masalah tersebut. Sutik juga menegaskan, pemerintah desa harus tahu kondisi warganya seperti apa.
Sementara itu, data dari Pemkab Kotim pada 2014 penderita gizi buruk berjumlah 12 orang. Sedangkan 2015 berjumlah 14 orang. Namun di 2016, jumlah penderita gizi buruk mengalami penurunan yakni ada sekitar 10 orang.
“Penderita yang mengalami gizi buruk banyak terdapat di daerah perusahaan. Ada enam orang yang terdata penderita gizi buruk di perusahaan perkebunan kelapa sawit,” tandas Kepala Dinas Kesehatan Kotim dr Faisal Novendra Cahyanto beberapa waktu lalu.
Menurutnya menangani kasus gizi buruk memang tidak mudah. Diperlukan waktu dan penanganan khusus. Apalagi gizi buruk merupakan keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama.(ang/gus)