SAMPIT – Kabut asap yang menyelimuti Kota Sampit semakin bertambah parah. Kemarin (24/10) sore, wajah kota berubah jingga, nyaris sama seperti pekatnya asap pada 21 Oktober lalu. Sebagian warga mulai mempertimbangkan mengungsi ke daerah lain jika kondisi itu terus berlangsung.
”Kalau seperti ini terus, lebih baik mengungsi ke daerah lain yang asapnya tak terlalu parah. Asapnya bertambah pekat dan semakin menyiksa. Kasihan anak-anak kalau seperti ini terus,” kata Rini, warga Kecamatan Ketapang, Sampit.
Sebagian warga mengaku pasrah dengan kondisi yang kian parah. Mereka juga pesimistis terhadap bantuan pemerintah pusat untuk bencana asap di Kalimantan. ”Sepertinya pemerintah pusat lebih fokus ke Sumatera, di sini (Kalimantan) terkesan diabaikan. Tidak ada lagi harapan bantuan, selain kepada Allah. Semoga hujan segera turun.” kata Riski.
Pantauan Radar Sampit, dalam tiga hari ini, kepekatan asap masih parah. Kemarin asap tebal menyelimuti kota sepanjang hari. Saat siang hingga menjelang sore, asap semakin pekat. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara H Asan Sampit mencatat, jarak pandang pukul 07.00 WIB berkisar 10 meter dan siang berkisar 100 meter.
”Titik panas terpantau 24 Oktober. Di Kotim 80 titik tersebar di sebanyak 10 kecamatan, dan terbanyak terbanyak Teluk Sampit sebanyak 34 titik, Pulau Hanaut 12 titik, dan Mentaya Hilir Utara 10 titik,” kata Kepala BMKG Bandara H Asan Sampit Yulida Warni.
Berdasarkan informasi Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kotim, udara di Sampit mencapai kategori sangat berbahaya. Indeks standar polusi udara (ISPU) di daerah itu mencapai 680,73 ugh/Nm3. Padahal, ISPU yang ditoleransi bagi kesehatan hanya 1-150 ugh/Nm3.
Semakin memburuknya kualitas udara diperkirakan berimbas pada meningkatnya penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ”Ya, sepertinya demikian (penderita ISPA meningkat, Red, tapi kami belum terima data teknisnya,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kotim Faisal Novendra Cahyanto.
Faisal mengimbau masyarakat agar tak banyak beraktivitas di luar ruangan. Apabila terpaksa, disarankan menggunakan masker serta mengonsumsi vitamin agar daya tahan tubuh terjaga dan tak mudah sakit.
Menurut Faisal, pemkab telah menyediakan rumah oksigen bagi korban ISPA. Tempatnya di Puskesmas Baamang II di Jalan Tjilik Riwut, Sampit. Layanan tersebut gratis dan dibuka selama 24 jam guna menangani korban dampak asap.
Diwarnai Isak Tangis
Sementara itu, pelaksanaan salat minta hujan (Istiska) di Kota Sampit diwarnai isak tangis jamaah. Mereka berharap hujan segera turun dan bencana asap segera berakhir.
”Ya Allah, ampuni dosa kami dan turunkanlah hujan untuk kami, agar musibah ini segera berakhir,” kata Kepala Kementerian Agama Kotim Samsudin saat menjadi khatib salat Istiska di halaman Kodim 1015 Sampit, Sabtu (24/10).
Wakil Bupati Kotim Taufiq Mukri berterima kasih kepada seluruh masyarakat yang berinisiatif melakukan salat Istiska. Dia berharap bencana asap segera berakhir. ”Alhamdulillah, masyarakat Kotim dan para alim ulama semuanya tergerak melakukan salat Istiska. Semua berharap musibah dan cobaan ini bisa cepat berlalu,” kata Taufiq.
Taufiq menuturkan, selama tiga hari ini asap di daerah itu semakin parah. Pihaknya pun telah mengambil kebijakan strategis, seperti meliburkan sekolah guna menghindari korban yang lebih banyak. (oes/ign)