PALANGKA RAYA – Usai melaksanakan Ujian Nasional (UN) 10-13 April lalu, hari “kemenangan” bagi pelajar SMA/MA sederajat, Selasa (2/5) akhirnya diumumkan secara serentak se-Kalimantan Tengah. Dari informasi tidak ada pelajar tidak lulus di pengumuman kelulusan.
Mengetahui hal itu pelajar ini langsung merayakanya dengan mencoret baju seragam mereka dengan spidol dan cat semprot sehingga baju putih abu abu pun menjadi warna warni saat dicoert dan disemprot cat kaleng.
Aksi mencoret baju seragam dalam setiap pengumuman kelulusan siswa dan siswi seperti sudah menjadi tradisi di negeri ini.Meskipun ada beberapa sekolah melakukan cara lain untuk mengumumkan kelulusan dengan melihat di website sekolah untuk menghindari coret seragam.
Namun, masih banyak sekolah yang cara mengumumkannya secara manual,sehingga mencoret baju tak bisa dihindarkan. Usai sekolah mengumumkan hasil ujian nasional, para siswa yang sedari rumah sudah menyiapkan spidol dan cat kaleng sudah siap melakukan aksinya mencoret seragam.
Hal itu terlihat dilakukan pelajar SMAN-1 dan SMAN-2 Palangka Raya. Walaupun dilakukan di luar perkarangan sekolah dan dijaga ketat personil kepolisian agar tidak ada kompoi. Namun tetap saja aksi coret mencoret baju dilakukan.
Salah seorang pelajar, Indah mengatakan melakukan tradisi itu karena merupkan momen spesial usai dinyatakan lulus dan berhak ke jenjang lebih tinggi. Ia pun tidak merasa rugi sudah mempersilahkan kawan-kawanya melakukan pencoretan. “Ini sekali seumur hidup, kak, ngapain dilarang,” ucapnya.
Hal senada diutarakan oleh Ria. Dia menyebutkan tidak mempermasalahkan seragam sekolahnya dipilok dan dicoret. Hal itu sebagai ucapan dan ungkapan bahagia setelah dinyatakan lulus dari sekolah. “Ini ungkapan kebahagiaan, asalkan jangan melakukan tindakan berlebih,” tegasnya.
Sementara itu, Plt Kadis Pendidikan Kalteng Gazali Rahman mengatakan bahwa seluruh pelajar ikut UN dinyatakan lulus semua. Namun tahun ini kelulusan dinyatakanoleh sekolah bukan lagi oleh pemerintah pusat sesuai hasil ujian nasional.
“Kelulusan itu ditentukan sekolah, Ujian Nasional hanya para meter untuk mengukur mutu pendidikan di seluruh Indonesia, yang mengetahui persis itu di sekolah, lulus seratus persen,” ucapnya.
Ditanya data dan rincian nilai-nilai, Gazali menerangkan tidak menguasai hal itu karena nilai saat ini masih berada di sekolah masing-masing. “Nanti setelah ini baru akan ada rekapnya, pelajar mana nilainya tinggi dan kabupaten mana yang tinggi,” pungkasnya. (daq/vin)