PALANGKA RAYA – Kegiatan Festival Maneser Panatau Tatu Hiang, yang dilaksanakan untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-5 Sanggar Seni dan Budaya Riak Renteng Tingang, resmi ditutup, Sabtu (13/5) malam.
Pembina Sanggar Seni dan Budaya Riak Renteng Tingang, Enny Lukitaning Diah, menyebutkan kegiatan yang diisi dengan berbagai lomba kreasi seni dan budaya etnik Kalimantan Tengah (Kalteng) tersebut diharapkan dapat tersebut terlaksana pada tahun-tahun berikutnya.
“Kita harus bersama, dan terus mengangkat kembali budaya Kalteng. Karena kalau bukan kita siapa lagi. Festival budaya seperti ini contohnya, mampu mengangkat nilai-nilai yang terkandung di budaya selama ini,” ucapnya.
Ia mengakui budaya Kalteng mampu menarik perhatian dunia. Sehingga sudah barang tentu kelebihan yang dimiliki tersebut harus mampu dipertahankan. Selain bertujuan untuk mengangkat kembali nilai budaya, hal tersebut juga sekaligus untuk memertahankan budaya ditengah perkembangan zaman.
“Budaya kita sangat besar. Dan itu merupakan kelebihan tersendiri bagi masyarakat di Kalteng. Kita semua, seluruh masyarakat bersama mempertahankan apa yang menjadi kelebihan tersebut,” tambahnya.
Sementara itu, Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng, melihat festival budaya tersebut tidak sebatas mengangkat kembali nilai budaya. Melainkan salah satu sarana mempromosikan budaya Kalteng itu sendiri.
Tentu saja dengan semakin banyak festival budaya yang dilaksanakan, maka akan memberi nilai plus dalam kebijakan promosi budaya yang selama ini digaungkan pemerintah.
“Ya, kita berharap budaya Kalteng tidak hanya terkenal pada tataran nasional, tapi juga internasional,” kata Ketua DAD Kalteng melalui sambutannya yang dibacakan Sekretaris Umum DAD, Yansen Binti.
Dikesempatan yang sama, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng, Guntur Talajan, berharap kedepan para pemerhati budaya di provinsi ini memberikan semangat terlebih motivasi bagi para generasi muda. Tujuannya tidak lain agar pemuda Kalteng tetap mencintai budaya leluhur yang sudah diwariskan secara turun temurun.
“Budaya Kalteng harus tetap eksis ditengah kemajuan zaman. Belajar budaya bukan berarti kita tidak mau menerima perkembangan zaman. Namun belajar budaya lebih kepada cara kita mempertahankan budaya itu sendiri,” pungkas Guntur. (sho/vin)
