PANGKALAN BANTENG – Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu kanker yang banyak diderita wanita, terutama oleh mereka yang sudah menikah atau yang sudah pernah melakukan hubungan intim. Namun, sebagai penyakit pada umumnya, kanker juga bisa dicegah. Terutama jika kondisi penemuan masih dalam bentuk lesi atau dikenal dengan prakanker.
Seperti diungkapkan dr Fitri Handayani, tenaga medis di Puskesmas Semanggang, lesi dapat diketahui dengan IVA (inspeksi visual asam astetat) atau bila di rumah sakit bisa dengan pap smear.
”Lesi itu merupakan jaringan yang tidak normal yang berada di leher rahim dan bisa diketahui setelah pasien menjalani pemeriksaan IVA,” ujarnya, Senin (19/6) pagi.
Bila lesi atau jaringan prakanker itu ditemukan, maka dapat dihilangkan dengan krioterapi. Dengan metode tersebut, lesi akan dibekukan dengan alat khusus sehingga dapat membunuh sel-sel abnormal tersebut.
”Setelah dikrioterapi maka jaringan itu akan membeku dan mati. Krioterapi akan menghancurkan lesi tanpa perlu ada tindakan pembedahan dan saat ini dianggap sangat efektif untuk mencegah kanker serviks,” katanya.
Menurutnya, para wanita lalai dan tidak menyadari adanya kelainan dalam organ reproduksinya lantaran tidak adanya gejala awal dari kanker serviks. Ketika diketahui sudah menjadi kanker, penyembuhannya akan sulit, bahkan bisa mengancam nyawa.
”Lesi ini kalau dibiarkan maka dalam lima tahun ke depan bisa menjadi kanker. Dan akan semakin sulit penyembuhannya, bahkan dalam beberapa kasus bisa mengancam nyawa penderitanya,” terangnya.
Semua wanita terutama yang sudah menikah dan atau yang pernah melakukan hubungan intim dipersilahkan melakukan tes IVA. Syaratnya adalah mereka tidak sedang dalam kondisi menstruasi, hamil atau setelah melahirkan.
”Dan lebih baik sebelum periksa untuk wanita yang sudah menikah lebih baik tidak berhubungan dahulu dua hari sebelumnya,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Semanggang dr Jhonferi Sidabalok mengatakan, mulai awal Juli mendatang Puskesmas Semanggang siap melayani krioterapi. Saat ini persiapan klinik dan tenaga pengoperasian alat serta penanggungjawab program sedang dalam tahap persiapan akhir.
”Awal bulan depan dan kita siap menerima rujukan dari puskesmas lain di Kobar ini yang belum memiliki alat maupun tenaga operator krioterapi itu,” katanya.
Keberadaan alat tersebut diharapkan bisa menjadi solusi dan mempermudah masyarakat dalam menjalani pengobatan prakanker. ”Bulan lalu saat kita lakukan tes IVA, kita menemukan dua pasien yang positif. Karena ditempat kita belum bisa operasional maka kita rujuk dulu ke RSSI Pangkalan Bun,” katanya. (sla/yit)