PANGKALAN BUN – Terendamnya Jalan Pangkalan Bun-Kotawaringin Lama (Kolam) berdampak terhadap biaya logistik. Para pedagang sembako harus menanggung biaya angkut lebih mahal. Selain harus membayar kelotok, meraka juga harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk memindahkan barang dari mobil ke kelotok, lalu ke mobil lagi.
Banjir di Jalan Pangkalan Bun-Kolam ada di beberapa titik, yakni Kilometer 31 dan 32 atau tepatnya sebelum jembatan layang dengan kedalaman 40-60 centimeter. Setelah itu di kilometer 35 (setelah jalan layang) dengan kedalaman 1,4 meter. Di kilometer 36-37 terdapat banjir antara 30-40 centimeter.
Wahyu warga Kelurahan Kotawaringin Hilir Kecamatan Kotawaringin Lama yang selama ini berdagang sembako mengeluhkan biaya angkut barang. Dia harus mengeluarkan biaya sampai tiga kali lipat dari biasanya.
"Biasanya saya belanja sembako dari Pangakalan Bun dan langsung saya angkut menggunakan mobil pikap saya sendiri. Paling banyak pengeluaran saya Rp 200 ribu bolak-balik," kata Wahyu.
Saat banjir, mobil tidak bisa lewat sebelum jembatan layang. Sembako harus dibongkar dan diangkut menggunakan kelotok sampai ke Pelabuhan Sei Lamandau di Kotawaringin Lama. Setelah itu dari pelabuhan sampai rumah juga membutuhkan biaya lagi.
"Jadi setelah banjir biaya yang kami keluarkan sampai Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu. Atau memilih lewat Kabupaten Lamandau juga sama karena habis BBM yang banyak," ujarnya.
Dirinya tetap berusaha membeli sembako dari Pangkalan Bun meski untungnya sangat kecil. "Kalau kami tidak membeli sembako, tentu di Kolam bakal kekurangan sembako. Seperti sekarang ini banyak toko-toko yang mulai menipis stok barangnya karena mahalnya biaya angkut barang," jelasnya.
Masyarakat juga mengeluhkan mahalnya biaya naik kelotok. Satu kali jalan biaya yang dikenakan kepada satu orang mencapai Rp 100 ribu.
"Saya tadi bayar Rp 100 ribu. Saya memang membawa sepeda motor. Menurut saya itu sangat mahal sekali," keluh Soleh, warga Pangkalan Bun.
Soleh juga berharap pemerintah mengambil tindakan untuk mempercepat pembangunan di Jalan Pangkalan Bun- Kolam. Jalan teraebut sering banjir di saat musim penghujan seperti sekarang ini.
"Kalau bisa di lokasi yang sering banjir dibangun lagi jembatan layang sehingga warga tidak kesulitan melintas saat musim hujan dan tidak lagi membayar mahal biaya untuk kelotok dan sebagainya. Bahkan memutar lewat Lamandau juga sangat mahal dan lama," bebernya.
Wakil Bupati Kobar Ahmadi Riansyah akan segera berkoordinasi dengan dinas terkait untuk membahas tindak lanjut pembangunan Jalan Pangkalan Bun-Kolam.
"Soal banjir jalan Pangkalan Bun- Kolam ini harus cepat kita carikan solusi. Banyak masyarakat yang mengeluh soal biaya. Kita bakal segera tangani," kata Ahmadi. (rin/yit)