KUALA KURUN – Saat ini, permainan tradisional seperti habayang, layang-layang, kelereng, dan lainnya mulai jarang dimainkan oleh anak-anak. Hal ini seiring dengan banyaknya gadget yang beredar di pasaran. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi anak-anak di Desa Tewai Baru, Kecamatan Sepang.
”Ada saja smartphone di rumah, tetapi lebih asyik bermain layang-layang,” ucap Deri (12) kepada Radar Sampit, sembari asyik bermain di Halaman SDN Tewai Baru, Minggu (6/8).
Menurutnya apabila bermain gadget, dirinya hanya bermain sendiri dan tidak dapat memainkannya bersama teman-teman lainnya. Ini tentu berbeda dengan bermain layang-layang yang bisa dimainkan secara beramai-ramai.
Hal senada juga diakui Dwi (13), yang menyatakan lebih memilih bermain layang-layang bersama teman-teman lainnya. Di samping dapat dimainkan secara beramai-ramai, harganya pun cukup murah dan terjangkau.
”Kalau layang-layang yang kecil harganya Rp 2.000, dan yang besar Rp 3.000. Benangnya juga murah. Asalkan ada angin, pasti bisa memainkan layang-layang ini,” tuturnya.
Terpisah, salah satu warga Desa Tewai Baru Desi (28) mengakui, pengaruh smartphone gadget memang belum sampai ke anak-anak, sehingga mereka masih banyak yang memainkan permainan tradisional. Diharapkan kedepan hal demikian dapat tetap terjaga.
”Kita juga tidak menginginkan anak-anak asyik dengan smartphone mereka. Mereka harus tetap memainkan permainan tradisional, agar permainan tersebut tetap lestari,” pungkasnya. (arm/gus)