PANGKALAN BUN - Upaya pencapaian target tahun 2019 Kobar tanpa pelacuran kini gencar dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Kobar.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kobar Gusti Nur Aini menegaskan, Kementerian Sosial RI memiliki rancangan untuk mensupport Pemkab Kobar dalam memberantas prostitusi di wilayahnya.
”Bagian supporting dari Kemensos di antaranya bantuan pengembangan usaha ekonomi produktif (UEP), bantuan jatah hidup dan pemulangan bagi eks WTS (penghuni lokalisasi),” katanya, Selasa (22/8) pagi.
Menurutnya, penanganan wanita tuna susila mendapatkan perhatian sangat serius. Sudah banyak aturan perundang-undangan yang dikeluarkan sejak tahun delapan puluhan.
Tahun 1984 ada UU Nomor 7, tentang pengesahan konvensi penghapusan bentuk diskriminasi terhadap wanita. Tahun 2007 ada UU Nomor 21 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Sedangkan tahun 2009 telah keluar Undang-Undang Nomor 11 tentang Kesejehteraan Sosial, tahun 2015 ada Permensos Nomor 1 tentang Lembaga Penyelenggaran Rehabilitasi Sosial. Tahun 1999 bahkan keluar Kepmensos Nomor 20 yang secara tegas mengatur rehabilitasi sosial bekas penyandang masalah tuna susila.
Di daerah juga sudah banyak peraturan yang mengharuskan lokasi prostitusi dihilangkan. Misalnya Perbup Kobar Nomor 29 Tahun 2008 tentang Pelarangan Pelacuran. Surat Gubernur Nomor 461 menegaskan bahwa Kalteng tanpa prostitusi tahun 2019.
Pihaknya juga memahami bahwa penutupan lokalisasi tidak bisa dilakukan sembarangan. Penanganan pascapenutupan harus menjadi perhatian serius. Pasalnya, persoalan tuna susila adalah bagian yang tidak terpisahkan dari persoalan kemiskinan.
Hampir semua wanita tuna susila selalu beralasan karena kemiskinan.
”Menyelesaikan persoalan wanita tuna susila salah satunya dengan menyelesaikan kemiskinan,” tandasnya.
Selain kemiskinan ada dua alasan fundamental yang menyebabkan timbulnya permasalahan prostitusi, yakni kebodohan dan moralitas (keimanan). Kemiskinan dan kebodohan sering dijadikan alasan utama.
”Namun itu hanya alasan. Kita tahu banyak orang miskin yang tidak ikut terjerumus ke sana karena keimanan mereka kuat,” katanya. (sla/yit)