PANGKALAN BANTENG - Aparat Polsek Arut Utara dan Polres Kobar berusaha mengungkap identitas kerangka yang ditemukan di pinggir sungai Desa Penyombaan, Senin (4/9) lalu. Selain mengungkap jenis kelamin dan identitas kerangka itu, aparat juga mencari tahu penyebab kematiannya.
Dugaan bahwa kerangka itu merupakan Dinie Prasetyani (27), bidan di Desa Penyombaan, juga makin kuat. Dinie dikabarkan menghilang sejak awal Agustus lalu. Aparat telah mengantongi sejumlah nama yang diduga terakhir bertemu dengan sang bidan.
Meski dugaan makin mengarah bahwa kerangka itu merupakan Dinie Prasetyani, Kapolsek Arut Utara Iptu Mujio masih tetap bungkam. Bahkan terkait jenis kelamin kerangka pihaknya tetap bersikukuh menunggu hasil tertulis dari dokter forensik di RSSI Pangkalan Bun.
”Jangan terburu-buru, kan hasil tes DNA belum ada. Nanti kalau salah-salah kita yang dituntut. Nanti kalau sudah ada hasil tertulisnya (otopsi) akan kita ungkap semua,” kata Mujio, Rabu (6/9) pagi.
Terkait dugaan kerangka adalah korban pembunuhan, Mujio kembali berkilah dan mengatakan bahwa sampai saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan.
”Intinya kita masih selidiki, kalaupun itu korban pembunuhan maka harus terungkap penyebab dan juga pelakunya. Namun kalau bukan, tentu ada penyebab lain mengapa kerangka itu berada di sana (pinggir sungai),” katanya.
Masih menurut Mujio, sampai Rabu (6/9) belum ada laporan tambahan terkait warga yang merasa kehilangan keluarganya.
“Sementara belum ada, yang masuk masih keluarga bidan itu,” pungkasnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kobar dr Ratna Soeryandari membenarkan bahwa Dinie yang bertugas sebagai bidan di pustu menghilang sebulan terakhir. Ia tercatat terakhir masuk bekerja awal Agustus. Setelah itu tidak diketahui lagi kabarnya hingga saat ini.
"Untuk memastikan apakah ada keterkaitan dengan penemuan tengkorak di Desa Penyombaan Senin (4/9) lalu, kita belum bisa memastikan. Karena saat ini kami juga masih menunggu hasil tes DNA untuk memastikannya," ungkap Ratna. (sla/el/yit)